Mohon tunggu...
Francisca S
Francisca S Mohon Tunggu... Guru - Amicus Plato, sed magis amica veritas

Pengajar bahasa, Penulis novel: Bisikan Angin Kota Kecil (One Peach Media, 2021)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bisikan Angin Kota Kecil (4)

7 Agustus 2020   22:04 Diperbarui: 7 Agustus 2020   22:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 21Baiklah kalau begitu, tidak apa-apa..

 22Ya, baiklah, kamu jangan khawatir!

 23Kalau begitu, aku pergi

Aku mengeluarkan kembali satu per satu barang-barang dari dalam koper dan tasku, berharap dengan waktu yang ada ini, aku dapat menata semuanya dengan lebih efisien.

Baju, buku, kamus, sepatu, dan berbagai pernak pernik, semuanya segera memenuhi tempat tidur dan lantai kamar Marlene. Dari susunan barang-barang di dalam koper ini, terlihat jelas bagaimana aku sangat terburu-buru memasukkannya kemarin. Aku melakukan semuanya itu sampai pagi hari sebelum keberangkatanku  ke Roma.  

Hanya karena desakan  Mariko-lah, teman yang siang itu akan mengantarku ke terminal bus, yang akhirnya mampu membuatku menyimpan semua barang ke dalam koper dan tas ini. 

"Kamu harus lebih cepat lagi mengemasi barang-barangmu kalau tidak mau ketinggalan bus!" begitu desaknya memperingatkanku. Dan akhirnya aku menyerah. Tak perlu menatanya dengan rapi, yang penting koper dan tas bisa tertutup, begitu pikirku di tengah keterburu-buruan dan kebingunganku melihat masih banyaknya barang yang bertebaran di kamar apartemenku.

Aku meraih sebuah kantung kertas berwarna biru tua yang kemarin hanya sempat kusimpan dalam tas yang kutenteng. Dari dalamnya kuambil sebuah origami pemberian Midori, salah satu teman baikku di universitas. Kemarin ia memberikannya saat aku sudah berada di dalam bus. Tiba-tiba saja ia muncul, mencariku diantara deret bangku para penumpang. 

"Aku baru saja selesai membuatnya dan segera bergegas kemari," katanya dengan nafas yang masih terengah, sepertinya ia baru saja habis berlari. "Aku khawatir kamu sudah berangkat." Ia tersenyum lega karena berhasil menemuiku.

Aku sungguh tak menyangka, ia rela bersusah payah datang jauh-jauh ke terminal bus hanya untuk memberikan kenang-kenangan ini kepadaku. Sebuah rangkaian burung-burung kecil yang terbuat dari kertas berwarna-warni yang diikat menjadi satu dengan seutas tali putih.

Aku ingat, suatu hari ia pernah menjelaskan kepadaku tentang makna yang ada dalam origami berbentuk burung ini. Katanya itu adalah simbol sebuah harapan kebaikan dari si pemberi bagi orang yang menerimanya. Sebuah makna yang dalam dan menyejukkan. Sebuah doa yang indah yang diberikan oleh seorang teman dalam wujud yang manis pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun