Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Budi merupakan seorang penulis dan pencinta Filsafat. Saat ini tinggal di Melbourne, Australia. Ia melakukan sejumlah riset di bidang Filsafat dan Teologi.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Lima Dasar Keindonesiaan

26 Januari 2019   23:43 Diperbarui: 27 Januari 2019   00:04 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soekarno, awalnya tak memprioritaskan negara berketuhanan. Ini, dalam penilaian saya dianggap beliau sebagai yang tak mudah. Catatan penting beliau dalam forum perdebatan perihal fondasi keindonesiaan ialah Indonesia bukan negara agama. Ini pendapat yang sangat berdasar. Bila tidak, kesulitan yang super hebat terjadi, atau malah Indonesia tak kunjung dibentuk kala itu.

Perihal kesatuan, NKRI menjadi sebuah corong seruan di jalan kesatuan. Padahal dalam kenyataannya "harga mati" yang sering digonggongkan itu hanya tinggal sebagai omongan manis. Banyak seruan di mulut tapi sangat sedikit aktualisasinya dalam kehidupan konkret.

Ngomongin satu, tapi melakukan aksi pemecahbelahan di mana-mana dengan berbagai cara, dari yang gampang hingga yang sedikit berat. Itukah cara memperjuangkan kesatuan.  Biar berbeda, tapi tetap satu, Indonesia. Itu yang menjadi pijakan Pancasila, yang disimbolisasi lewat Garuda.

Keempat, kebijaksanaan yang terwakilkan.

Perkara ini adalah paling sulit. Kesulitannya terletak pada pemahaman atasnya. Apa itu kebijaksanaan. Ini bahan diskusi yang panjang dan rumit. Misal, di dunia Yunani kuno, pada Sokrates, Aristokles (dijuluki Platon), Aristoteles dan rekan diskursus mereka, tema kebijaksanaan dibincang dengan amat menarik dan variatif. Kebijaksanaan itu perkara membawa Idea dalam Pragma.

Sederhananya, upaya terus menerus tanpa henti mencari cara terbaik mencapai Kebahagiaan. Praktisnya, upaya coba terap idea terbaik perihal kebaikan dalam tatanan hidup bersama. Mustahil menemukan manusia bijak sebagai perwakilan kebijaksanaan di dunia ini, maka sikap realistis dipilih. Yang terbaik dari kondisi absennya manusia bijak. Untuk itu, yang paling mendekati kebijaksanaan ialah yang mampu melihat dan bertindak secara tepat dalam segi-segi pokok kehidupan dengan penglihatan yang komprehensif atas prioritas tatanan hidup bersama menuju Kebahagiaan.

Indonesia masih sangat jauh dari semuanya itu. Orang seperti Soekarno itu langka, yang punya kapasitas mendekati kebijaksanaan. Beberapa yang pernah menjadi wakil orang bijaksana Indonesia cukup mengarah ke Kebijaksanaan, namun ada juga yang semakin mundur darinya.

Bukan Indonesia tak punya orang-orang yang punya kedekatan dengan Kebijaksanaan, tetapi belum punya cara yang tepat menemukannya. Demokrasi Pancasila yang paling mutakhir dikembangkan belakangan adalah sebuah kemungkinan dari yang beragam.

Kelima, sosialitas berkeadilan.

Hal yang terakhir ini erat relasinya dengan kemanusiaan. Seperti telah dikatakan bahwa keadilan itu inheren dalam kemanusiaan yang manusiawi. Pada poin ini penekanannya terletak pada sebuah dimensi lain dari kemanusiawian manusia, yakni kekariban. Belarasa lebih tepatnya. Intinya, bersama sebagai saudara. 

Dalam konteks Keindonesiaan, kekariban itu terletak pada sepengalaman. Menjadi Indonesia dari pengalaman bersama. Bersama dalam suka-duka, jatuh-bangun, perjuangan-kemerdekaan menjadi Indonesia. Ini yang harus melampaui segala kepentingan lain. Solidaritas yang diwujudkan dalam subsidiaritas. Bukan kelompok tertentu. Jalan berat melintasi perkara ini. Indonesia perlu trans untuk sampai ke sana. Perlu upaya melampaui keterbatasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun