"Rasa sakit di lutut sesederhana apa pun itu, jika berulang, harus diperhatikan dengan cermat; tidak boleh disepelekan. Sebab, kelak efeknya akan jauh lebih besar"
Saya bukan ahli tulang, sehingga harus memberikan nasihat ringan seperti di atas. Namun, ada cerita dari seorang sahabat yang tengah mengalami masalah di lutut. Kiranya, dari ceritanya itu, saya meneruskan nasihat tersebut.
Sakit atau cedera di lutut merupakan suatu gangguan. Cedera ini membuat seseorang sulit atau bahkan tidak dapat bergerak dengan leluasa.
Demikianlah tutur seorang sahabat. Karena cedera di lutut, ia tidak dapat bekerja dan belajar, harus mengurangi pergerakan, dan tentu mengurangi berat badan demi menjaga kekuatan lutut menopang tubuh.
Sudah ada gejala
Sahabat saya ini menyukai tiga jenis olah raga, yaitu sepak bola, voli, dan badminton. Ketiga olah raga tersebut tentu membutuhkan gerakan, lompatan, dan akurasi dari pemain. Gerakan sendi tentu menjadi dominan.
Di lapangan, sahabat saya tergolong orang yang serius dan kadang ambisius. Misalnya, di bagian sepak bola, ia bertugas sebagai bek. Sangat sulit penyerang lawan dapat menembus pertahanannya.
Terkadang, ia harus main kasar karena prinsipnya, "Bola boleh lewat, tetapi orangnya jangan!". Maka, laga kaki pun tak terelakkan.
Terkadang, ia juga lupa posisi. Ia begitu semangat menggiring bola dari posisi bek ke kotak penalti lawan.
Di bagian voli, ia punya talenta sebagai smasher. Kekuatan serangan ada di tangan kanan dan tumpuan mendarat saat smash adalah kaki kanan. Beberapa kali, karena proses mendarat yang salah, lutut kanannya nyeri.Â
Akan tetapi, karena "paham kampung" bahwa minyak tradisional dan lotion lutut akan menyembuhkan, ia acuh dengan lututnya.Â
Di bagian badminton, juga demikian; ia sangat serius dan tak kenal lelah. Beberapa kali juga, ia jatuh saat mendarat setelah melakukan smash ke lapangan lawan. Hanya, ia kembali ke "paham kampung"-nya.