Pertama, menumbuhkan rasa sosial anak. Saya melihat perbedaan ini dalam budaya Indonesia dengan luar negeri. Di luar, anak-anak akan diajak menjamu tamu dan pada saatnya akan diminta memberi pendapat. Sehingga sensus sosialnya tumbuh.
Dengan mempersilakan anak ikut menjamu tamu, orang tua memberi kesempatan padanya untuk mengenal orang-orang: gaya bicara, karakter, postur tubuh, dan kasih sayang dari mereka.
Bisa dimaklumi ada anak yang anti-sosial karena sejak kecil tidak diizinkan bertemu dengan orang lain di luar keluarga, termasuk tamu yang datang ke rumah. Apalagi di zaman sekarang ini, banyak anak "terlatih" untuk tidak peka secara sosial. Baik itu karena situasi pandemi, keasyikan bermain smartphone, game online, dan sibuk sendiri tapi tidak jelas arahnya.
Kedua, mental anak akan terlatih ketika berhadapan dengan orang lain. Sejalan dengan anti sosial, anak yang gampang ciut ketika berhadapan dengan orang baru disebabkan minimnya latihan bersosial sejk dini.
Ketika anak terlatih berhadapan, menyambut tamu, dan berbicara dengan tamu, saya yakin ia dapat dengan tenang memposisikan diri di hadapan orang lain. Sehingga, suatu waktu ketika orang tua tidak di rumah, si anak dapat menjamu tamu dengan sopan dan baik.
Ketiga, melatih anak untuk bertanya. Pasti seorang anak akan bertanya-tanya tentang siapa tamu dan apa maksud gerangan datang ke rumah. Kalau tidak terungkap kan, ia akan terlatih untuk berspekulasi tentang hal yang belum jelas baginya.
Ketika ia diberi ruang dan kesempatan bertanya, pastilah pertanyaan akan mengalir. Biasanya, pertanyaan anak-anak itu beranak cucu. Ada pertanyaan yang ringan bahkan ada pertanyaan yang sulit dijawab oleh si anak.
Keempat, sarana pengenalan karakter anak. Orang tua mesti jeli memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat karakter (sopan santun, etika, dan sebagainya) anaknya. Agar, orang tua terbantu mendampingi anak di rumah, juga memberi catatan kepada guru kelas untuk memperhatikan karakter anaknya.
Kelima, sarana mengembangkan kebijaksanaan anak. Semakin banyak bertanya dan bersosial, semakin anak akan bijak sana. Ia akan mengerti arti hidup dan cara mengelola hidup dari sudut pandang yang amat kaya.
Atau setidaknya, ia pernah mendengar cara menyelesaikan suatu perkara hidup dari pengalaman orang lain (tamu).
Keenam, orang tua belajar dari tamu cara memperlakukan anak seperti yang diharapkannya. Bisa saja, selama memiliki anak, orang tua belum mampu mengenal kepribadian anak. Tetapi, ketika ada tamu - dengan spontan - ada aksi yang cukup menarik perhatian anak dan patut diaplikasikan di rumah.