Walau sepele atau sederhana, kemarahan perlu dituntaskan dengan segera. Agar, kemarahan tidak menjadi mendalam dan memberi luka yang bisa tidak disembuhkan atau membuat kita berdosa.
Dalam tulisan-tulisan terdahulu (a, b, c, dan d), saya telah berbagi informasi tentang kemarahan, metode mengatasi kemarahan, beberapa kita mengelola kemarahan, dan tipe atau profil kemarahan yang harus diperhatikan.
Pada dasarnya, kemarahan itu adalah sesuatu yang wajar terjadi dalam hidup seorang manusia normal. Karena, dengan status normal dan sehat jiwa dan raga, seseorang dapat marah, ingin mengekspresikan kemarahan itu, ingin mengelolanya, dan ingin mencari solusi menyelesaikan kemarahan agar tidak berlarut dan memberi dampak negatif.
Kali ini, di dalam tulisan ini, saya ingin kembali membagikan informasi sederhana - yang kiranya penting dan bermanfaat pada para pembaca - beberapa cara menyelesaikan kemarahan yang ada dan ingin keluar dari dalam diri kita.
Sah dan wajar
Kemarahan sudah menjadi bagian yang penting dalam diri kita. Sama pentingnya dengan kebahagiaan, sukacita, damai, kebijaksanaan, dan kebijaksanaan.
Disiplin ilmu tentu akan menguraikan hakikat kemarahan (amarah/marah) menurut sudut pandangnya masing-masing. Kadang marah itu dilarang dan atau terkadang pula, kemarahan itu diperbolehkan untuk diekspresikan dengan bersyarat. Asal, kemarahan tidak mengganggu orang lain dan diri sendiri.
Di dalam Kitab Suci agama kita pun, mengungkapkan kemarahan itu sah dan wajar, sebab kemarahan merupakan pemberian dari Sang Pencipta dalam diri masing-masing orang.Â
Seperti dalam Kitab Suci orang Kristen, Efesus 4:26-27, dikatakan bahwa:
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis"
Dari kutipan Kitab Suci itu, dapat dimengerti bahwa manusia diizinkan untuk marah. Mengungkapkan kemarahan itu sah dan wajar. Karena, bisa saja oleh karena satu atau beberapa faktor, kemarahan kita muncul dan memuncak.
Kalau kemarahan ditahan-tahan, dipendam, dan ditekan dalam diri, kita justru akan akan menyakiti diri sendiri. Sah-sah saja dan silakan menunjukkan diri marah kepada orang lain.