Hal ini tak mungkin lagi dapat disangkal. Sebab, marhobas yang saya ikuti adalah memasak.Â
Saya mengenal bumbu khas yang digunakan orang Batak Toba. Saya belajar jenis lauk dan sayur yang dimasak.Â
Saya juga belajar mengombinasikan semua bumbu, mencicipi cita rasa masakan khas Batak. Sehingga, suatu waktu saya bisa membuatnya di luar acara adat.
Belajar berbagi
Tidak selamanya bahan dan alat memasak lengkap. Selalu saja ada yang kurang.
Satu pemandangan indah yang saya rekam adalah ketika ada bahan dan alat yang kurang, kelompok yang marhobas yang rumahnya dekat dengan tempat marhobas akan pulang dan mengambil bahan dan alat.
Biasanya, bahan masakan tidak terlalu diminta untuk diganti atau ditinggal di tempat marhobas. Akan tetapi, alat masak akan dibawa pulang untuk digunakan sehari-hari.
Juga, orang tua yang ikut dalam kegiatan marhobas akan saling berbagi. Semisal, kelompok ibu saling berbagi bahan mardemban (mengunyah sirih), berbagi cerita, dan keluh kesah di rumah tangga.Â
Kelompok bapak akan saling berbagi rokok, kopi, atau teh manis, cerita tentang ladang, tempat memancing, dan politik kelas lapo (kedai).Â
Sementara itu, kelompok kaum muda akan berbagi makanan ringan, cerita tentang asmara, dan cita-cita di masa mendatang.
Selain itu, orang tua ketika mendapat jambar atas nama parhobas (yang ikut marhobas), akan terlebih dahulu menyisihkan bagian anak di rumah. Sungguh menarik dan sarat makna.
Mempererat kesatuan