Ada juga ungkapan di biara bahwa, "Perjuangan saudara/i lain adalah perjuanganku juga!". Maka, sedapat mungkin dituntut keterbukaan hati untuk bercerita kepada saudara/i lain. Agar, mereka dapat memberikan solusi sembari meneguhkan pemberian diri dan juga panggilan saudara/i yang bersangkutan.
Sarana evaluasi
Selain sebagai sarana peneguhan, rekreasi bersama dapat menjadi sarana mengevaluasi saudara/i yang lain. Hal ini sungguh nyata dengan adanya ungkapan tulus, jujur, nan bersaudara dari anggota yang lain, "Saudara/i-ku, saya melihat engkau bla bla bla bla. Bukan hanya saya yang menilai, tetapi saudara/i-mu yang lain. Barangkali, hal itu dapat diperhatikan untuk diubah, yah".
Ada sisi positif evaluasi disampaikan pada saat rekreasi. Pertama, rekreasi tidak formal sehingga psikologi saudara/i yang dievaluasi tidak akan tertekan. Kedua, saat rekreasi selalu ada yang bisa mencairkan suasana sehingga tidak menegangkan.
Umumnya, evaluasi pada saat rekreasi jauh lebih berdaya guna mengubah perilaku seorang saudara/i. Tidak ada tendensi menjatuhkan atau menyinggung perasaan.
Menjaga keharmonisan komunitas
Selain empat hal di atas, ternyata rekreasi bersama memiliki peran yang tak disadari untuk menjaga keharmonisan di dalam komunitas. Ketika mengenal diri sendiri, saudara/i lain, meneguhkan saudara/i, dan mengevaluasi saudara/i tersebut telah dilakukan dan setiap saudara membuka hati menerima nilai-nilai demi kebaikan bersama, di situlah tumbuh keharmonisan.
Pudarnya kehangatan dalam persaudaraan komunitas akan semakin kuat ketika egoisme, sikap apatis, dan cuek pada saudara/i lain tumbuh. Hal ini tidak diinginkan. Sebab, bagaimana pun juga komunitas sejatinya adalah keluarga kedua bagi biarawan-biarawati.
Cocok diadaptasi
Saya mencoba berpikir demikian:
Di tengah kemajuan zaman ini, yang menggoda anggota keluarga untuk individualis dengan gadget, smartphone, dan internet, rekreasi bersama perlu dibiasakan demi menjaga keharmonisan dan kehangatan.
Buah pemikiran tersebut lahir bukan secara spontan. Sebab, sungguh nyata bahwa di masa sekarang ini (bukan hanya karena efek pandemi Covid-19), setiap orang bahkan di dalam keluarga kandung sendiri lebih pilih sibuk dengan diri sendiri mulai bangun pagi hingga tidur pada malam hari.
Keluarga kurang diperhatikan, walau ada. Yah, barang kali sapaan tetap ada. Hanya, bisa saja tidak hangat sekadar basa-basi untuk memenuhi tuntutan sebagai seorang ayah, ibu, dan atau anak.