"Ada 3 tipe ekspresi kemarahan yang buruk dan harus diwaspadai dan jangan sampai kita terjerumus ke dalamnya. Agar, kita tidak membayar harga yang mahal atas akibatnya."
Dalam tiga tulisan terdahulu (a, b, dan c), saya telah berbagi sedikit banyak tentang kemarahan, penyebab, dampak, dan cara mencegah munculnya kemarahan destruktif.
Kita harus berhati-hati dalam mengekspresikan kemarahan agar tidak menghancurkan banyak hal dalam hidup ini. Apabila tidak hati-hati, kita bisa menjadi kewalahan dan bahkan lumpuh tak berkutik berhadapan dengan efek kemarahan.
Dalam tulisan kali ini, saya mau berbagi tiga profil kemarahan yang sering muncul dalam hidup sehari-hari. Ketiga profil tersebut adalah pemuntah, pendendam, dan pembocor. Dan, lewat tulisan ini saya ingin mengundang para pembaca yang budiman untuk melihat, ada di profil mana kemarahan kita.
Pemuntah
Walau tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita dapat mengerti secara lurus bahwa pemuntah itu adalah orang atau pihak yang memuntahkan keluar dari dirinya satu atau berbagai hal.
Dalam profil kemarahan, tipe pemuntah adalah orang yang secara agresif mengekspresikan kemarahannya. Mereka memuntahkan kemarahan kepada orang-orang sekitar mereka dengan teriak, jeritan, dan intimidasi. Bahkan, beberapa ada yang melakukan kekerasan fisik.
Tipe pemuntah akan berkata:
Ya, aku marah! Yakinlah kau, aku marah! Aku marah seperti bla bla bla bla dan aku punya hak untuk bilang begitu padamu!
Mereka yakin, bahwa dengan demikian kemarahan akan selesai dan segala persoalan akan tuntas. Menyingkirkan kemarahan adalah dengan meluapkannya. Maka, sering sekali tipe ini menjadi hamba atas kemarahannya, kehilangan kontrol.
Lepas kendali dan dalam kendali
Tipe pemuntah dibagi dalam dua kelompok, yaitu mereka yang lepas kendali dan dalam kendali. Orang yang lepas kendali akan menjadi budak atas kemarahan. Mereka dikekang dan dikendalikan oleh kemarahan.
Mereka mengekspresikan kemarahan tanpa menjinakkannya terlebih dahulu. Akhirnya, mereka akan dihantui oleh penyesalan dan upaya rasionalisasi.
Sementara itu, orang yang dalam kendali merupakan orang-orang yang lebih berhati-hati dan terkesan manipulatif meluapkan kemarahan mereka. Mereka akan menggunakan kemarahan sebagai senjata kuasa dan wewenang mencapai apa yang mereka inginkan. Kemarahan mereka terhitung dan terkendali.
Harga yang dibayar
Tipe pemuntah harus membayar harga yang tinggi atas luapan kemarahan. Ada tiga hal yang harus dibayar, yaitu harga emosional, harga untuk hubungan, dan harga jasmani.
Harga emosional. Acap kali kemarahan kita berubah menjadi rasa jijik atau penolakan. Kita menolak karena sadar atas kerusakan yang ditimbulkan oleh perkataan kasar dan keras yang telah terlontar.
Maka, tak jarang orang tipe ini akan merekayasa banyak hal dan membenarkan diri sendiri. "Aku punya hak untuk melakukan apa yang kulakukan!". Muncul rasionalisasi dan permainan emosional.
Akibat yang lebih parah, namun kurang disadari sebenarnya ada di dalam jiwa sendiri. Sebab, jiwa tertekan dan emosi-emosi dalam diri menjadi porak-poranda karena lost control atas kemarahan yang sebenarnya bisa diatasi atau direm.
Harga untuk hubungan. Efek logis dari kemarahan yang berlebihan adalah relasi yang terluka. Kita telah menjatuhkan bom yang menghancurkan bangunan relasi dengan banyak orang.
Orang akan menjaga jarak dari kita. Kita kehilangan banyak teman dekat. Sehingga, kita akan frustrasi sendiri, kecewa, dan stres.
Untung-untung orang yang kita sakiti tidak membalas. Bagaimana kalau sebaliknya, ia membalas dendam kepada kita? Kita tentu akan merasa dihantui ketakutan akan banyak hal yang akhirnya bisa menuntun kita pada ilusi.
Harga jasmani. Karena jenis kemarahan yang cukup berat ini, ada orang yang sampai melukai orang lain, binatang, atau benda dengan menampar, menendang, mendorong, dan memukul. Keadaan ini sangat merugikan. Fisik atau jasmani menjadi korban. Maka, sikap seperti ini harus segera disembuhkan agar tidak sampai melukai kehidupan orang lain dan atau diri sendiri.
Yang perlu diperhatikan
Dengan melihat dan menelaah keadaan di atas, tipe pemuntah harus belajar keras mengendalikan kemarahan, bukan sebaliknya menggunakan kemarahan untuk mengendalikan orang lain. Orang yang meledak-ledak harus belajar berkomunikasi yang sehat agar tidak menghancurkan diri sendiri dan pihak lain.
Mereka dapat belajar berbagi tanpa harus meledak, tanpa melukai orang lain, dan berusaha membangun kembali hubungan yang telah diruntuhkan oleh kemarahan.
Pemendam
"Kemarahan yang dipendam kerap berujung pada kebakaran dalam diri sendiri"
Orang tipe ini akan menumpuk kemarahan di dalam dirinya. Mereka tidak ingin kemarahan terlihat, karena mereka percaya bahwa kemarahan itu buruk adanya.Â
Tujuan memendam adalah menjaga agar kemarahan tertutup dengan sangat rapat. Mereka tidak ingin kemarahan itu muncul sebab tercela dan menjijikkan.
Menindas dan mendiamkan
Tipe pemendam ada dua, yakni mereka yang menindas dan mereka yang mendiamkan. Mereka yang menindas menyangkal memiliki kemarahan. Mereka sering hidup dalam dunia khayalan tanpa ada kemarahan.Â
Kemarahan yang mereka terima hanya kemarahan karena ketidakadilan seperti bayi korban aborsi, penganiayaan, tindakan kriminal, perang, dan sebagainya. Sehingga, para penindas kehilangan sentuhan dan tidak dapat mengenali kemarahan karena telah banyak menyangkal dalam waktu begitu lama.
Sementara itu, mereka yang mendiamkan kemarahan untuk menampung dan mengendalikannya. Mereka ingin menahan pintu amarah agar tetap tertutup dengan segenap kekuatan. Mereka berpura-pura bahwa kemarahan itu tidak ada.
Orang-orang yang senang menyenangkan hati orang lain (ABS: Asal Bapak Senang) sering masuk dalam kelompok ini. Mereka mengabaikan perasaan sendiri dan berani kehilangan sentuhan emosi asal orang lain senang.
Beberapa orang barangkali takut ditolak, kehilangan afeksi, dan perhatian. Selain itu, mereka takut akan mendapatkan pembalasan dan hukuman jika menyakiti perasaan orang lain. Maka, mereka lebih memilih memendam kemarahan.Â
Harga yang dibayar
Sama dengan tipe pemuntah, tipe pemendam harus membayar harga atas sikapnya yang memendam kemarahan.
Harga emosional. Kemarahan yang tidak diungkapkan dengan baik dan benar sering mengarah kepada diri sendiri. Dapat pula berubah menjadi boomerang yang menyinggung dan membenci diri.
Dengan mengubur, menyembunyikan, dan menutup-nutupi kemarahan, kita meracuni jiwa sendiri. Kita sendiri akan depresi dan frustrasi. Emosi kita tersiksa dan terguncang.
Harga untuk hubungan. Akibat lain dari memendam kemarahan adalah kita menjadi orang yang suka menghindar dari orang, tempat, dan hal tertentu. Kemarahan menjadi juru kunci di pintu relasi. Orang yang demikian akan berusaha membangun tembok pemisah dengan dunia luar.
Harga jasmani. Banyak tipe pemendam harus membayar harga tinggi untuk kesehatan fisik. Untung-untung sakit fisik itu masih ringan dan mudah diobati, bagaimana jika akut dan sulit diobati?
Hal yang dibutuhkan
Tipe pemendam perlu menerima kemarahan sebagai emosi wajar dalam diri dan pemberian Allah. Mereka harus dibantu untuk memandang kemarahan sebagai tanda penolong yang memberi tahu bahwa ada yang tidak beres sedang terjadi di dalam diri.
Mereka juga harus mengetahui ketakutan dan perasaan. Dan terakhir, mereka perlu belajar mengomunikasikan kebutuhan secara efektif agar tidak diliputi perasaan tidak enak. Mereka perlu menjernihkan pikiran dan perasaan agar tidak menumpuk kemarahan.
Pembocor
"Kemarahan tetaplah kemarahan, sekalipun dibalut dengan penyamaran"
Tipe pembocor memiliki kecenderungan untuk ragu mengekspresikan kemarahan secara langsung karena ketakutan. Mereka takut seperti tipe pemendam. Kemarahan dinilai jelek dan mereka takut dilihat marah oleh orang lain.
Mengekspresikan kemarahan akan membawa rasa sakit. Mereka cenderung berkata, "Aku tidak akan memendam kemarahan ini karena bukan gayaku. Aku tidak akan memuntahkan kemarahan ini. Aku akan memakai cara yang mengganggu dan membuatmu tidak nyaman agar kamu terluka seperti kamu melukai aku!".
Pendek kata, tipe pembocor dekat kaitannya dengan para penyerang pasif.
Subversif atau samaran
Tipe pembocor menanggapi kemarahan dengan dua cara, yakni membiarkannya keluar dalam cara yang subversif atau tidak langsung melalui perilaku, tetapi sedikit demi sedikit dengan kata-kata singgungan yang disamarkan.
Orang yang subversif akan mengungkapkan dengan lebih verbal kemarahannya entah diakui atau tidak. Mereka akan dengan lebih aktif melakukan pembalasan.
Sementara, tipe samaran akan menggosip, membuat komentar miring, dan menawarkan kritik yang seolah-olah konstruktif padahal tidak. Motif dasar adalah balas dendam.
Tipe ini akan menyebarkan virus kebohongan di sekitarnya dengan menghantam orang lain. Mereka menebarkan fitnah.
Orang yang pembocor akan mengambil langkah berbeda untuk membuat orang lain gusar dan jengkel. Mereka dapat menjadi tidak ramah, dingin, sulit ditemui, dan bingung. Mereka lihai membuat dalih dan justru bertindak seperti korban yang tak berdaya.
Jauh di lubuk hati, mereka ingin balas dendam dan akan membalas dengan sepenuhnya. Mereka menggunakan topeng persahabatan. Karena, dengan itu modus mereka tidak akan mudah diketahui oleh orang lain.
Harga yang dibayar
Harga emosional. Para pembocor berpotensi menjadi orang-orang getir, dengki, dan penuh dendam. Sikap kritis dan negatif dengan mudah berakar dan bertumbuh dalam diri mereka.
Para pembocor akan membalas dengan tidak adil, tetapi tampil seolah-olah sebagai korban yang tak berdaya. Perasaan berkuasa yang palsu tersebut menumbuhkan pola yang amat mencelakakan orang lain.Â
Emosi-emosi yang tak diinginkan akan lebih mudah muncul.Â
Harga untuk hubungan. Para pembocor cenderung menyakiti orang di sekitarnya. Mereka akan mengatakan dan melakukan hal yang membingungkan dan membuat orang lain menjadi frustrasi. Sehingga, muncul ketegangan yang melemahkan hubungan.
Mereka menggunakan gosip untuk menyebarluaskan kebencian. Gosip menjadi gunting yang dapat memutus relasi dengan orang lain.
Perlu diperhatikan
Para pembocor perlu melihat kemarahan sebagai emosi yang wajar. Mereka harus berani untuk bertemu face to face dengan ketakutan dan keyakinan miring yang telah mengurung mereka.
Mereka harus menunjukkan kemarahan di depan orang. Mereka perlu tegas dengan kebutuhan, keinginan, dan hasrat untuk diperhatikan. Agar, orang lain dapat membantu mereka untuk sembuh.
Mana yang lebih buruk
Ketiga tipe atau profil kemarahan di atas sama-sama tidak baik dan berbahaya. Ketiganya harus dihindari agar, sekalipun mengungkapkan kemarahan, kita tidak menggunakan cara yang destruktif.
Kita semua tentu memiliki persoalan yang beraneka ragam. Kita menanggapi kemarahan dengan beberapa pertimbangan termasuk kematangan, kedewasaan, dan kerohanian kita.
Barangkali, untuk tahap dasar dan normal ketiga jenis (memuntahkan, memendam, dan membocorkan) ada dalam diri kita. Namun, kita perlu menyadari kadar dan kedalaman akarnya. Agar, kita bisa mengolah ketiga profil di atas dengan baik.
Tentunya, pengelolaan demikian membutuhkan daya, pikiran, dan usaha yang tidak tanggung-tanggung. Namun, kalau tidak mencoba kita dapat menjadi orang yang gagal dalam relasi, penataan emosi, dan perawatan jasmani.
Mari bersama-sama kita belajar dan tidak menjadi orang yang pemuntah, pemendam, dan pembocor kemarahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H