"Sebelum rasa dan ekspresi kemarahan (yang destruktif) menggerogoti diri, alangkah lebih baik dan bijak bila kita bisa mengelola dan menahan diri untuk tidak terpancing"
Dampak kemarahan begitu luas dalam kehidupan ini. Ada yang sifatnya besar dan sifatnya sederhana atau kecil.Â
Penyebabnya juga demikian, ada karena hal-hal sepele (kesusahan sehari-hari dan frustrasi yang sementara).Â
Ada juga kemarahan yang disebabkan oleh hal-hal besar seperti diperlakukan dengan tidak santun, dihina, diancam, dan sebagainya.
Wajar saja, kita marah dan mengungkapkannya pada pihak lain (eksternal). Karena, kalau ditahan, kita sendiri akan kehabisan energi dan hari-hari hidup kita akan berlalu dengan perasaan kecewa, stres, dan frustrasi.
Akan tetapi, dalam dua tulisan terdahulu (a dan b), saya telah memaparkan alangkah baiknya rasa marah diungkapkan dengan cara yang benar, tepat, dan baik tanpa ada efek samping yang justru menyakiti orang lain dan menjadi boomerang untuk diri sendiri. Dengan kata lain, janganlah kita memuaskan kemarahan itu dengan cara dan sikap yang destruktif, menghancurkan.
Dalam tulisan ini, saya juga hendak menawarkan kepada kita beberapa hal sederhana kiranya membantu agar kita dapat dengan bijak dan tepat mengelola dan menahan diri untuk tidak sembrono dan semena-mena mengekspresikan amarah yang remeh-temeh dan destruktif.
Hal ini kiranya membantu, seperti iklan obat-obat "Lebih baik mencegah daripada mengobati".Â
Demikian pula kita lebih baik mencegah agar kemarahan jarang terpancing dan tersentil, daripada memperbaiki relasi, suasana, dan energi yang telah dirusak olehnya.
Memperkecil rasa stres
Semakin stres, tertekan, kecewa, dan frustrasi, semakin rentan kita terpancing untuk marah (besar).Â