Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Wujudkan Kasih Sayang Anda lewat Vaksinasi Booster!

3 Februari 2022   22:21 Diperbarui: 4 Februari 2022   10:11 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksin booster. Gambar diambil dari alodokter.com

Dengan keyakinan yang teguh, memberi diri untuk vaksinasi [ketiga] adalah bagian dari wujud sayang terhadap diri sendiri, keluarga, orang lain, dan bangsa Indonesia.

Kamis, 03 Februari 2022

Hari ini, hari ketiga di awal Februari 2022, saya telah berhasil melalui satu fase yang mendebarkan jantung. 

Saya telah mengikuti vaksinasi III (booster) yang sempat membuat saya cukup kurang percaya diri, karena cerita dari rekan, handai tolan, dan warta dari media berita mengenai efek samping dari vaksinasi III.

Satu minggu sebelum hari ini, sebenarnya sudah ada informasi dari teman bahwa di daerah kami sudah tersedia layanan vaksinasi III. Hanya saja, saya belum siap. Saya perlu mempelajari beberapa hal mengenai persiapan sebelum vaksinasi.

Saya harus melihat tanggal terakhir menerima suntikan vaksin II. Karena, untuk bisa menerima vaksinasi III, minimal saya telah enam bulan menerima vaksinasi II.

Oh, ternyata sudah bisa, bahkan sudah lewat enam bulan. Dalam kartu vaksin, saya (telah) menerima vaksin II (Sinovac) pada Mei 2021 yang lalu. 

Satu syarat telah terpenuhi. Lalu, saya simpan kembali kartu itu agar tidak tercecer atau hilang ketika nanti mau saya bawa ke Puskesmas.

Persiapan sebelum vaksinasi

Selain mengakses informasi tentang vaksinasi III, saya memainkan asumsi. Bahwa, sebelum vaksinasi II saja harus ada persiapan yang dibuat. Apalagi, untuk vaksin III ini, saya harus punya persiapan.

Persiapan yang saya maksudkan bukan karena parno bahwa hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Saya hanya ingin membantu tubuh saya untuk mengurangi efek samping yang akan terasa seperti mengantuk, keram otot sekitar suntikan, meriang, dan demam.

Ilustrasi vaksin booster. Gambar diambil dari alodokter.com
Ilustrasi vaksin booster. Gambar diambil dari alodokter.com

Maka, saya mengonsumsi vitamin C setiap hari, mengonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan, olahraga ringan setiap sore, mengatur porsi istirahat, teratur minum air hangat, mengurangi kerja lembur, dan tentunya berserah kepada Yang Mahakuasa (Tuhan).

Dua hari sebelum hari ini, saya menghubungi teman agar nama saya didaftarkan di puskesmas dekat rumah.

Menjelang hingga saat proses vaksinasi

Menjelang vaksinasi, saya berusaha agar tetap tenang dan tidak overthinking. Jangan sampai karena itu, tensi saya naik tidak karuan. Bisa jadi, vaksinasi untuk saya ditunda. Ngak, bagus juga toh.

Pukul 10.00 WIB, saya engkol mesin sepeda motor dan dengan relaks bergegas berangkat ke puskesmas. 

Saya sudah merasa tenang dan nyaman; tidak lagi merasa paranoid akan isu-isu tentang vaksin III.

Setibanya di Puskesmas, saya merasa heran. Mengapa? Sebab, hanya ada 3 orang yang menerima vaksin III. "Wah, mana yang lain yah?" Begitu tanya saya dalam hati.

Ketika sudah tiba di depan pintu puskesmas, saya sapa dua orang petugas yang telah standby,"Pagi, Bu. Sehat? Sepi yah?".

Mereka senyum dan menjawab, "Pagi, Pak. Begitulah. Tapi, kemarin lumayan juga yang datang untuk vaksinasi. Mari, Pak. Silakan didaftar dahulu di sini!".

Lalu, saya keluarkan kartu vaksin dan nama saya didaftar. Tak pakai lama. Lalu, saya diarahkan ke meja berikutnya.

Di meja itu, tensi dan suhu tubuh saya diukur oleh petugas. Tensi normal dan suhu tubuh tidak sampai membara, alias cukup standar: 36 derajat Celcius. He he he.

Di meja yang sama, tetapi di kursi yang berbeda, saya ditanyai oleh seorang dokter terkait beberapa hal penting sebelum menerima vaksin III. Tampaknya, saya lulus ujian dan berhak mendapat vaksin III. Dokter mengatakan bahwa saya akan diberi vaksin Moderna.

Setelah itu, saya harus bergeser dan berpindah meja. Di meja inilah segala keraguan, saya tuntaskan. 

Namun, saya minta dengan hormat kepada suster yang akan memberi vaksin agar saya bisa melihat suntik. 

Saya takut kena prank, seperti yang baru-baru ini viral. Lantaran, suntik vaksin yang diberi kepada beberapa anak sekolah kosong.

Suster dengan senang hati menunjukkan isi tabung suntik dan botol vaksin. Syukurlah, aman!

Beberapa detik kemudian, jarum suntik menembus kulit bahu saya. Tapi, saya tidak merasakan sakit apa pun. Bahkan, saya melihat sendiri jarum suntik itu menembus kulit dan bagaimana si suster mendorong masuk vaksin untuk masuk.

Setelah itu, saya diberi satu butir paracetamol. Saya diminta menunggu beberapa menit, sembari menantikan kartu vaksinasi III dicetak oleh petugas. Sampai di sini, belum ada efek samping yang saya rasakan.

Setelah vaksinasi

Hingga pukul 15.00 WIB, saya belum merasakan apa pun. Di bahu tidak ada rasa nyeri. Saya tidak merasa mengantuk dan tidak mual. Namun, saya tetap ikuti arahan dari dokter untuk istirahat.

Menjelang pukul 16.45 WIB, saya mulai merasa bahwa di bahu sudah mulai ada rasa nyeri dan sakit. Saya sulit untuk menggerakkan tangan sebelah kiri (bagian yang menerima suntikan).

Saya mencoba bertanya kepada teman dan rekan dokter. Mereka berkata bahwa hal ini wajar. Lalu, mereka bertanya tentang apa saja yang saya alami setelah menerima vaksin III. Saya menjawab bahwa belum ada efek lainnya, hanya rasa sakit dan nyeri itu. Saya diminta untuk tetap istirahat.

Rasa sakit itu masih tetap ada. Namun, saya masih bersyukur sebab rasa mual, mengantuk, lemas, dan demam tidak saya rasakan. 

Saya tetap banyak minum air hangat, beristirahat secukupnya, dan konsumsi sayur+buah. Saya juga menyempatkan diri untuk berbagi pengalaman hari ini. 

Maka, jangan takut untuk sehat

Saya mau berbagi pengalaman tentang vaksinasi III, agar Saudara-i tidak ragu dan takut untuk ikut vaksin III atau vaksinasi Covid-19. Sebab, atas satu dan berbagai cara ada oknum yang mencoba menebarkan jala hoaks tentang vaksin Covid-19.

Akhirnya, banyak warga yang enggan memberi dirinya untuk vaksinasi. Padahal, vaksinasi adalah satu langkah untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan virus nakal yang satu ini. 

Wajar-wajar saja jika ada efek samping. Sebab, obat-obat yang kita konsumsi pun pasti memiliki efek samping. Tapi, toh kita konsumsi, karena kita ingin sehat.

Turut berpartisipasi dalam vaksinasi adalah (bagi saya) bentuk ekspresi kasih sayang terhadap diri sendiri, keluarga, orang lain, dan bangsa Indonesia.

Kasih sayang terhadap diri artinya, kita menyayangi nyawa kita sendiri. Kita ingin kebal terhadap Covid-19, tidak ingin tertular dan merana karena harus isoman (isolasi mandiri).

Kasih sayang terhadap keluarga artinya, kita membantu keluarga agar tidak terinfeksi Covid-19. 

Keluarga adalah pihak terdekat yang sungguh potensial terinfeksi. Perlu juga kita mengajak dan mewajibkan anggota keluarga untuk vaksinasi Covid-19 agar masing-masing orang sungguh terjaga dan terlindungi.

Kasih sayang terhadap orang lain artinya, kita membantu agar orang lain (di luar keluarga) yang kita jumpai tidak terinfeksi Covid-19. 

Kasih sayang terhadap bangsa artinya, kita mendukung program pemerintah untuk menyehatkan dan membebaskan masyarakat Indonesia dari penularan infeksi virus. 

Dengan memberi diri vaksinasi, kita memberi bukti kepada orang-orang yang masih parno bahwa vaksinasi itu aman dan sehat. Terima kasih, pemerintah bangsa!

Jangan lengah

Walau sudah vaksinasi, saya tetap harus disiplin menaati protokol kesehatan. Jangan lengah untuk menjaga jarak, membatasi mobilitas, menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjalani pola hidup sehat.

Pandemi Covid-19 belum berakhir. Malah, akhir-akhir ini kasusnya meningkat, terutama varian Omicron. Untuk itu, tunggu apalagi?! Mari, ikut vaksinasi Covid-19. Dijamin sehat, aman, dan gratis. He he he.

Mari saling mempromosikan dan meyakinkan orang banyak untuk ikut vaksinasi (I, II, dan III). 

Salam Indonesia sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun