Jenis kemarahan ini bisa menjadi luka dan pemicu pertengkaran yang tiada henti. Kemarahan demikian, dengan kata lain, dapat menjadi bom waktu yang akan meledak jika kita tidak melakukan sesuatu untuk mengelolanya.
Kita perlu berefleksi untuk mengelola kemarahan agar tidak meledak-ledak. Maka, metode ABCD sungguh akan membantu.
Di samping itu, enam cara berikut akan membantu kita menjadi lambat untuk marah. Pertama, kita perlu mengomunikasikan kebutuhan dengan sikap tanpa maksud untuk menuduh. Kita perlu untuk mengklarifikasi segala informasi yang didengar dan kebenaran yang sesungguhnya.
Kedua, kita harus mencoba memahami dan mengakui sudut pandang orang lain. Maka, jangan egois dan merasa bahwa diri sendiri adalah yang paling benar.
Ketiga, kita harus tetap fokus pada persoalan dan fakta, bukannya menyerang orang lain.
Keempat, kita harus bijak mencari jalan keluar untuk menghindari kemarahan spontan. Misalnya, kita bisa bekerja sama, kompromi, negosiasi, dialog, dan diskusi .
Kelima, ketenangan pikiran dan perasaan haruslah dipertahankan. Kita harus tetap objektif dan terbuka untuk menerima kritik, saran, dan masukan dari pihak lain.
Keenam, kita harus tetap berani mengambil waktu untuk jeda sejenak. Tujuannya adalah untuk menenangkan pikiran dan perasaan agar tidak memanas.
Semua butuh proses
Tiga langkah dan enam cara di atas merupakan panduan yang dapat diterapkan jika kita merasa kemarahan hampir mencapai titik egois dan klimaks.
Jangan sampai karena tidak dapat mengontrol kemarahan, kita kehilangan banyak hal. Maka, alangkah baiknya sejauh dan sedapat mungkin kita belajar menghentikan kemarahan sebelum terjadi.
Semua butuh proses! Ya, tepat sekali. Untuk itu, selamat menikmati proses yang ada. Semoga kita tidak gagal sebelum menjalani proses itu (artinya pesimis dan mundur).