Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

3 Langkah yang Harus Diperhatikan dalam Pengelolaan Kemarahan

2 Februari 2022   22:47 Diperbarui: 8 Februari 2022   17:30 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi marah. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio via Kompas.com

Kita perlu belajar menyimak dan mendengarkan isi hati diri sendiri untuk mengenal gejolak perasaan yang memicu kemarahan kita berkobar. Kita perlu belajar menyimak dan mendengarkan suara hati (Tuhan) dan apa yang diinginkan-Nya kita lakukan.

Menyimak dan mendengarkan adalah seni hidup yang mesti diolah. Kita akan dibantu untuk mengurangi respons kemarahan yang egoistis dan diarahkan untuk memiliki empati terhadap perasaan orang lain saat dipersalahkan, dimarahi, dan dicurigai.

Maka, dua telinga dan satu mulut cukup untuk dapat mengontrol diri agar menjadi pendengar yang aktif, penuh perhatian, dan cermat. Ditambah lagi, jika nasihat-nasihat spiritual dalam agama dapat diangkat untuk menaklukkan amarah yang tidak sehat.

Tujuannya agar kita dapat menemukan wawasan baru dan arahan untuk memperlambat speedometer kemarahan naik.

Langkah kedua: Lambat untuk berbicara

Akibat tak dapat mengontrol pikiran dan perasaan saat marah, kita akan menyampaikan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu diucapkan. Setelah amarah reda, kita pun akhirnya menyesali kata-kata yang telah terucap itu dan merasa bersalah karena tak bisa mengontrol diri.

Untuk itu, pepatah kuno berbunyi: "Adalah lebih baik untuk pertama sekali menjilat bibir, sebelum berbicara!" Dalam pepatah orang Batak Toba hal senada dikatakan yakni: "Jumolo didilat bibir, andorang didok hata!".

Lambat untuk berbicara, bukan berarti bahwa tempo berbicara kita lambat. Melainkan, kita sungguh dengan sadar dan cerdas memerhatikan kata-kata untuk diucapkan. Kita harus menimbang dengan jeli sebelum membiarkan sesuatu keluar dari mulut.

Salah satu kiat sisipan untuk membantu kita lambat untuk berbicara adalah berani mengambil waktu untuk jeda. Maksudnya, ketika merasa bahwa kemarahan mulai membara, kita harus berhenti sejenak dan "mendinginkan hati".

Waktu jeda akan sangat membantu kita dan dengannya kita akan aman dan terkendali. Mengambil waktu untuk jeda juga dinilai sebagai tindakan bertanggung jawab yang mencegah kita untuk bertindak atau menyampaikan kata-kata yang tidak bertanggung jawab.

Langkah ketiga: Lambat untuk marah

Rasa-rasanya, langkah ketiga ini sedikit lucu. Bagaimana mungkin kita diminta lambat untuk marah?

Sejatinya, kita harus berani lambat untuk marah; marah pada hal-hal yang gegabah, reaktif, dan impulsif - juga marah pada perasaan benci dan terpendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun