Banyak datu yang gagal. Hingga akhirnya, seorang Sibaso (datu perempuan) datang dan menerawang keadaan raja. Ia melihat bahwa batin raja merasa pilu akan kematian dan rindu pada anaknya, Raja Manggale.
Patung pun dibuat
Atas usul Sibaso tadi, dibuatlah patung/boneka yang mirip dengan Raja Manggale. Setelah boneka selesai, Sibaso melakukan ritual pemanggilan arwah Raja Manggale dengan iringan musik gondang Sabangunan.
Boneka itu kemudian bergerak sendiri, karena diyakini bahwa arwah Raja Manggale telah masuk. Boneka itu akhirnya diberikan kepada raja. Raja Rahat perlahan sembuh dari penyakitnya dan kemudian memimpin kerajaannya.
Kisah mistis
Konon, pembuatan boneka ini tidak sembarangan. Sebab, pembuat harus memiliki jalinan batin yang kuat dengan boneka buatan sendiri. Agar, boneka tersebut dapat bergerak layaknya manusia.
Kalau tidak, si pembuat akan meninggal atau setidaknya harus ada tumbal. Cara untuk mengatasinya adalah pembuatan boneka dilakukan secara terpisah oleh beberapa orang.
Boneka Sigale-gale dapat bergerak dan menangis sendiri tanpa ada iringan musik gondang Sabangunan. Ini fenomena mistis yang paling terkenal.
Semakin berkembang. Sigale-gale digunakan saat upacara kematian dengan iringan musik gondang. Boneka diletakkan di dekat keluarga almarhum-ah. Anggota keluarga terutama anak laki-laki manortor sesuai irama musik.
Dipercaya bahwa roh orang yang meninggal dalam upacara tersebut akan diantar kepada Mulajadi Nabolon (Allah tradisional Batak Toba).Â
Selain itu, Sigale-gale digunakan saat ada pemanggilan arwah orang(-orang) yang telah meninggal dunia. Kemudian, Sigale-gale dapat dianggap sebagai (pengganti) anak bagi keluarga yang tidak mendapatkan keturunan.
Keadaan saat ini
Kisah di atas merupakan warisan budaya yang perlu dihormati dan dijaga nilai kesakralannya. Dulu hingga saat ini, orang yang berkunjung ke Sigale-gale tidak boleh bertutur kata atau bertindak tidak santun. Karena, ia akan mendapatkan hukuman atas perbuatannya tersebut.