Dalam berbagai aspek kehidupan ini, kiranya konsep mulai dari hal sederhana, tekun, optimis dan belajar jangan pernah diabaikan. Entah dalam bekerja, belajar, bahkan dalam berdoa konsep di atas harus dipegang.
Sering langkah awal untuk memulai satu komitmen tidak diperhatikan atau disepelekan. Padahal, untuk sampai di anak tangga ke sepuluh, seseorang harus meletakkan kakinya di anak tangga pertama. Tak ada kata sepuluh, kalau tidak diawali dengan kata pertama/satu.
Saya tidak mau generalisasi. Akan tetapi sangat terasa bahwa di zaman yang amat modern atau milenial ini, semangat kerja keras dan berjuang sudah semakin minim.
Makin banyak orang yang ingin segala sesuatu jatuh dari langit, diterima begitu saja, tak perlu mengeluarkan modal, dan tak perlu bersusah payah.Â
Praktisnya, budaya instan semakin kuat. Artinya, makin banyak orang hanya berangan-angan, tanpa berbuat sesuatu pun. Padahal, hal-hal pendukung ada di sekitarnya.
Ada cangkul di dekatnya, ada tanah, ada pupuk, ada kertas, ada laptop, ada internet, ada koran, ada media sosial, dan sebagainya. Tinggal memanfaatkan dan memberdayakan sarana dan prasarana.
Seperti pepatah bijak tadi, banyak orang hanya berangan-angan memandang ke langit menantikan rajawali atau elang. Padahal, burung puyuh yang sudah di genggaman diabaikan. Terbanglah sudah burung puyuh itu. Alhasil, ia tidak mendapatkan apa pun.
Jangan sampai, karena sepele pada hal kecil yang sebenarnya akan sangat bermanfaat, hal besar yang diharapkan tidak didapat.
Satu kata: "sepele" bisa menghancurkan hidup ini. Tapi, itu bisa kita lawan dengan kerja keras, rasa optimis, dan ketekunan dalam belajar....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H