"Kemarahan dapat menjadi satu masalah yang kecil/sedang/besar, namun tetap ada harapan untuk mempelajari cara mengatasinya"
Saya pernah marah. Anda pernah marah. Kita semua pernah marah. Siapa pun orangnya, selagi hidup dia akan pernah marah entah karena satu dan lain hal yang memancing kemarahan dalam dirinya.
Setiap orang tentu memberikan respon yang beraneka ragam pula atas kemarahan yang sedang dialaminya. Ada orang yang langsung membentak orang lain; memukul benda yang ada di sekitarnya; diam seribu bahasa; memendam amarah; dan sebagainya.
Pada saat marah, kita sedang membuat keputusan buruk. Bisa jadi, kita sedang mengangkat pedang kemarahan dan menebas orang lain dengan luapan perasaan yang menyakitkan baginya.
Kita mengucapkan hal-hal yang seharusnya tidak diucapkan, mencaci, memaki, dan melukai perasaan orang lain.Â
Kita cenderung ingin memperparah keadaan dan bukannya meredakan situasi "panas". Dalam keadaan seperti ini, kita meluapkan kemarahan dengan cara yang keliru.
Memahami kemarahan
Kemarahan itu punya kuasa yang luar biasa. Ia dapat mengubah banyak hal dalam hidup ini. Kalau tidak dapat diatasi, apalagi dipahami dengan betul, kemarahan akan menghancurkan.
Kita perlu memaksa diri untuk mengatasi kemarahan. Untuk itu, langkah pertama yang menjadi langkah penentu adalah memahami kemarahan dari kaca mata positif.
Kemarahan adalah bagian dari emosi-emosi dalam diri manusia yang sejatinya dirancang oleh Tuhan (Sang Pencipta) untuk membantu kita menanggapi dan menikmati dunia ini.
Dari pihak Tuhan sendiri, perasaan-perasaan tersebut menjadi sosok yang menolong, positif, dan menjadi berkat.Â
Emosi adalah sensasi psikologis yang sangat membantu kita dalam hidup.