Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jadi Mahasiswa Harus Gigih dan Bekerja Keras!

19 Desember 2021   22:28 Diperbarui: 21 Desember 2021   22:33 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa belajar kelompok  | Sumber: Shutterstock

"NO PAIN WITHOUT GAIN"

Kalimat bijak di atas sudah sangat melegenda dan selalu kubawa kemana saja aku pergi. Bahkan, sampai di tahap aku harus kuliah di satu universitas di Medan.

Kuyakin pula dengan merefleksikan semangat yang ada di baliknya (beyond), aku bisa seperti ini. Memiliki daya juang yang kuat dan tak mudah patah semangat, meski ada hal yang rasanya sulit untuk diatasi.

Barangkali, sewaktu duduk di bangku SD hingga SMA, tanggung jawab yang harus kuemban tidak terlalu berat. Soalnya, kedua orang tua bisa membantu kapan dan di mana saja. Juga, adalah tanggung jawab orang tua untuk memerhatikan kebutuhan primer dan sekunder anak-anaknya, termasuk biaya pendidikan.

Namun, ketika sudah duduk di bangku perguruan tinggi, rasanya gengsi juga donk kalau orang tua masih campur tangan. Dalam tahun-tahun pertama sih masih sah-sah saja. Tapi, lewat dari situ, aku harus sudah berpikir untuk berdikari dan mandiri.

Testing masuk perguruan tinggi kuikuti dengan amat sangat serius. "Aku harus bertanggung jawab atas biaya sekolah dari kedua orang tua!" Demikian tekadku dalam hati. Maka, tiada hari tanpa belajar dalam time table-ku.

Akhirnya, aku masuk ke fakultas dan universitas negeri yang cukup dilirik di Medan. Syukurlah, akhirnya dengan kerja keras dan doa, tahap demi tahap ujian dapat kulalui dengan baik.

Perketat komitmen

Setelah masuk, aku masih tetap berjuang untuk mengisi hari-hariku selama 8 semester di sana. Sejak masa ordik, aku sudah punya ambisi untuk menaklukkan perguruan tinggi tersebut.

Saat ordik, para senior dan dosen sudah memaparkan panorama kampus dengan segala jenis kegiatan ekskul (bahasa anak kampus) di dalamnya. 

"Hmmm... Boleh juga nich! Aku mau pilih ekskul yang bisa mendukung fakultas yang sedang kugeluti. Maka, aku mau pilih UKM di bidang alam dan seni" Begitu sketsaku.

Sehabis ordik, aku menghubungi pihak yang berhubungan dengan unit tersebut. Wah, ternyata aku harus ikut ujian lagi. "Hadeehh, ora popo-lah. Yang penting aku maju terus!!!" Semangatku makin membara.

Aku harus menjaga komitmen untuk maju dan terlatih di kampus ini. Sebab, di kampus ini sudah banyak teman yang sekaligus menjadi pesaing yang cemerlang dan potensial.

Asah kemampuan

Rupanya, setelah mengikuti tahap demi tahap pelatihan di unit yang kupilih, ada hal yang makin berkembang dalam diriku.

Dari unit pecinta alam, aku merasakan diriku semakin ingin menyatu dengan alam. Dengan membaca, bermeditasi, dan melihat realita dewasa ini, afeksi terhadap alam khususnya lingkungan hidup makin bertumbuh dalam diriku.

Betapa tidak. Kami diajak untuk semakin peka bereksplorasi di tengah-tengah alam yang kian hari kian mengkhawatirkan. 

Sebenarnya alam ingin menyampaikan sesuatu pada manusia, hanya pesan itu tidak tersampaikan karena satu dan lain hal. 

Aku mencoba mendengarkan pesan itu dan menuangkannya dalam bahasa manusia. Dengan perjuangan yang kuat telah 25 kali ditolak redaksi, aku telah menuangkan refleksi berupa opini di Harian Kompas dan telah dimuat beberapa kali.  Terima kasih, Harian Kompas! 

Tulisan ini kusebarluaskan ke teman-teman bahkan ke siapa saja. Ada yang menanggapi secara positif, tetapi ada yang cuek, karena barangkali kurang/tidak menjadi isu yang menarik.

Selain itu, kemampuan seni dalam diriku turut berkembang. Sehabis jam kuliah, biasanya kami berkumpul dan mengadakan latihan. 

Menarik juga sich, soalnya bukan hanya latihan seni yang kudapat, tetapi aku dapat berkumpul dengan teman-teman yang punya kreativitas tinggi.

Pokoknya, aku tak menyesal sedikit pun telah pernah mengikuti UKM tersebut. Malahan, aku merasa kemampuan-kemampuan yang ada dalam diriku berkembang kian melejit.

Capek ya, tapi tetap kerja keras

Nah, kembali lagilah aku ke ungkapan klasik di atas, "No pain, without gain!". Tak ada keberhasilan tanpa rasa sakit. Atau bisa kuhubungkan dengan peribahasa di Indonesia, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian".

Aku sungguh percaya akan sakralitas peribahasa di atas. Terbukti kok. Kalau tanpa rasa sakit, tak mungkin aku bisa berkembang. Justru dengan rasa sakit, aku bisa merasa senang atas hasil yang kudapat kemudian. 

Aku diundang di beberapa kesempatan menjadi pemateri tentang lingkungan hidup dan pelatih seni khususnya tarik suara dan musik. 

Orang yang mau berhasil tentu harus siap sakit-sakitan. Untuk menuju eksper, seseorang harus siap berkurban dalam banyak hal, misalnya:

  1. Kurang istirahat
  2. Lembur
  3. Kesehatan terganggu
  4. Kurang menikmati waktu berleha-leha
  5. Kejar beban SKS
  6. Memperbanyak latihan dan mengurangi waktu belajar 
  7. Kurban materi, dan lain-lain.

Tapi, bagiku itulah nilai hidup yang harus dicapai. Selain itu, orang yang mau bekerja keras harus betul-betul bisa menaklukkan egoisme, omong kosong, dan terutama kemalasan.

Pernah di dalam satu kutipan aku membaca, "Kemalasan adalah bantal dari si setan!" Memang betul, orang-orang yang malas (belajar, bekerja, berdoa, dan berlatih) hanya tahu berangan-angan, bernostalgia, dan mencari zona nyaman. Tapi, coba disuruh untuk bergerak sedikit saja, mereka pasti menggerutu dan mengumpat.

Untuk itu, aku tak mau menjadi rekan si setan. Aku mau sakit, capek, dan kurang istirahat asalkan aku bisa menjadi orang yang tahan uji dan punya integritas yang matang. 

Maka, sistem semi militer ini selalu kupegang dalam banyak hal. Tapi, aku tak mau menjadi orang yang hidup konyol.

Walau tadi kukatakan siap sakit dan capek, aku tidak membawa diriku ke jalan yang sesat: tidak lagi urus diri, tidak makan, dan sama sekali tidak istirahat. 

UKM adalah sarana kecil untuk latihan, bukan menjadi skala prioritas. Walau ajang latihan, tapi aku tak mau juga asal-asalan dong. Tetap give the best for the best result!

Sejauh ini, hasil dari latihan di wadah UKM yang kurasa bisa kurekapitulasi demikian:

  1. Kemampuan berkembang bahkan bertambah
  2. Kenalan bertambah
  3. Mampu menata skala prioritas dengan opsi-opsi fundamental atasnya
  4. Menjadi seorang yang displin, tegas, dan berkomitmen teguh
  5. Siap tampil di depan umum
  6. Kreatif
  7. Sering dicari orang
  8. Mental teruji

Eits, tetap humble yach!

Ini perlu diperhatikan oleh siapa saja yang sedang kuliah, tengah berekspresi di satu atau beberapa UKM, dan punya kemampuan yang lebih, "KITA HARUS TETAP MENJADI MANUSIA YANG RENDAH HATI!"

Rasanya, sia-sialah seseorang memiliki potensi yang bagus dan prestasi yang cemerlang kalau dia tidak rendah hati. 

Ibuku selalu bilang demikian. Ia selalu menasihati aku, "Marisuang doi Amang, molo ginjang roham tu akka donganmu! (Tak ada gunanya, Nak kalau kamu tidak rendah hati terhadap teman-temanmu!)."

Dalam bergabung di dua jenis UKM tadi aku tetap berusaha tidak merasa diri sudah menjadi hebat. 

Aku mau belajar dari senior dan juniorku. Karena aku yakin bahwa ilmu dan isinya akan selalu berkembang, bahkan jika itu lahir dari persepsi seseorang.

Dengan rendah hati aku selalu bertanya apakah teman-teman memiliki sudut pandang yang baru untuk mengembangkan unit bersama agar semakin punya efek dan bisa menjadi wadah bersama sebagai satu keluarga dan saudara.

Hah, dengan menulis pengalaman sejarah hidup ini, rasanya jiwaku melayang ke masa-masa kuliah yang sudah kulalui. 

Semoga pengalaman ini bisa menginspirasi sobat-sobat sekalian. Semoga juga para sobat teguh dalam iman. Karena, masalah kuliah, bukan hanya perkara ilmu pengetahuan tetapi juga perkara tajamnya iman (Fides et ratio).

Salamku. 

Suaviter, Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun