Mohon tunggu...
Frainto Julian Kalumata
Frainto Julian Kalumata Mohon Tunggu... Freelancer - Halmahera Utara - Salatiga

Frainto kalumata adalah seorang penulis lepas. Kini ia juga sedang kuliah Bisnis Digital di Politeknik Bhakti Semesta. Ia aktif menulis tentang topik-topik ekonomi, teknologi dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Pemberdayaan Ekonomi bagi Mileneal Menjelang Bonus Demografi?

12 April 2021   21:16 Diperbarui: 13 April 2021   17:13 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Pertanian sebagai salah satu sektor paling menjanjikan bagi milenial juga perlu menjadi perhatian bersama, mengingat masih minimnya keterlibatan milenial di sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP) yang mencatat bahwa petani muda di indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. Lebih lanjut, Menurut Dedi Nursyamsi, kepala BPPSDMP (2020) bahwa hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial, atau petani yang sudah tua (Tempo, 13 April 2020).

Peluang lain yang perlu dimanfaatkan ialah entrepreunership. Generasi Milenial harus meningkatkan jiwa kewirausahaannya dalam menyambut bonus demografi. Milenial harus mengambil peran serta berkontribusi bagi perekonomian nasional. Karena sebuah negara dapat dikatakan sebagai negara maju salah satunya apabila pelaku entrepreneur harus lebih dari 14 persen dari rasio penduduknya. Namun, di indonesia saat ini pelaku entrepreneurnya baru 3,1 persen (Okefinance, 9 April 2019).

Disisi lain, tentang keuangan milenial yang pernah sadurkan oleh Tirto dari IDN Research Institute. Dalam laporan bertajuk indonesia millenial report 2019, tercatat bahwa hanya 10,7% dari pendapatan yang ditabung oleh milenial. Sedangkan 51,1% pendapatan habis untuk kebutuhan bulanan para milenial. Laporan ini juga memaparkan bahwa minat generasi milenial terhadap investasi masih rendah dengan persentase hanya sebesar 2%. Artinya, kaum milenial juga cukup konsumtif menggunakan uangnya dan masih minim terkait literasi keuangan.

Persiapan Menyambut Bonus Demografi 

Dalam menyambut bonus demografi sangat diperlukannya ketrampilan di dunia kerja, membangun mindset pertanian dan entrepreunership, serta pendidikan literasi keuangan. Keempat hal ini sangat diperlukan bagi milenial, guna meningkatkan daya saing dan membebaskannya dari belenggu kemiskinan.

Persoalannya cukup kompleks bila menilik lebih jauh soal kemiskinan. Hakekatnya ialah bekerja dan pengembangan diri. pada satu sisi, bonus demografi tidak hanya soal mengisi lapangan pekerjaan, namun juga harus disertai pengembangan diri. Melalui pengembangan diri, generasi milenial diaharapkan mampu membaca peluang yang ada.

Pendidikan formal adalah instrumen penting yang berkontribusi terhadap pembentukan hingga pengembangan diri milenial. Namun, pendidikan formal tidak menjamin bahwa milenial akan bebas dari belenggu kemiskinan. Maka pengembangan diri milenial harus diarahkan sacara mandiri dalam kerja-kerja yang menghasilkan nilai ekonomi.

Tantangan-tantangan terbesar menjelang bonus demografi adalah tantangan eksternal. Dalam era pasar bebas yang disertai pesatnya perkembangan teknologi. Generasi milenial harus menerima kenyataan bahwa persaingan akan semakin sengit dalam dunia pekerjaan. Hal ini menandakan bahwa akan semakin kompleks dinamika dalam dunia kerja. Maka dari itu, milenial harus mencipatkan kondisi bukan mengikuti kondisi yang ada. Misalnya, menciptakan usaha mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

Tawaran Model Pemberdayaan

Model pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dilakukan melalui membangun kesadaran ekonomi masyarakat, dengan memberikan pencerahan kepada target yang akan diberdayakan. Misalnya memberikan penyadaran kepada kelompok ekonomi rendah di masyarakat tentang pemahaman bahwa mereka dapat menjadi berbeda dan dapat dilakukan jika mereka mempunyai kapasitas untuk keluar dari kemiskinannya (Whritnolo, 2007).

Hal utama yang perlu dipersiapkan adalah pemetaan sumber daya manusia milenial berdasarkan empat (4) persoalan yang dialami oleh generasi milenial, yakni: ketrampilan di dunia kerja, mindset pertanian dan mindset entrepreunership, serta pendidikan literasi keuangan. Tujuannya adalah untuk mengelompokan milenial berdasarkan minat. Hasil pemetaan tersebut sangat berpengaruh terhadap efektivitas pemberdayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun