Yesus datang dan menawarkan kesembuhan, “Maukah engkau sembuh? (ay 6). Bersama dengan curahan hati yang jujur dari orang lumpuh itu maka apa yang diinginkannya terpenuhi, jadilah ia sembuh tanpa harus turun ke kolam itu. Di sinilah Yesus menunjukkan jati dirinya sebagai air hidup.
Pada zaman ini, kesibukan diri sendiri, egoism, individualism, kadang-kadang menutup mata hati kita untuk mau berbela rasa. Kita sering mengklaim diri sebagai orang yang rajin beribadah, rajin ikut kegiatan keagamaan tetapi apalah artinya jika kita menutup mata terhadap penderitaan orang lain? Bukankah iman tanpa perbuatan itu sama dengan omong kosong? Dan manusia suka pada posisi ini, suka omong kosong.
Saat ini di sekitar kita banyak orang “lumpuh” yang mengharapkan belaskasihan dan kemurahan hati kita. Kita diajak untuk berani mengambil dan mengenakan inisiatif Allah, cara kerja Yesus, untuk menolong sesama yang menderita dan berkekurangan. Mengambil dan mengenakan inisiatif Allah berarti menghadirkan Yesus dalam diri kita sebagai air hidup yang menyucikan dan yang menyembuhkan orang-orang yang menderita di sekitar kita.
Maka sudah saatnya kita mengambil peran sebagai perpanjangan tangan Yesus untuk berbuat baik dan ini juga berarti mengenakan identitas Yesus, mewartakan sukacita Injil agar semakin banyak orang memperoleh keselamatan karena Yesuslah yang menyembuhkan (bdk ay 15).
Kedudukan, jabatan, dan semuanya itu adalah sarana untuk membuat hidup kita lebih baik bukan sebagai singgasana untuk kemuliaan, kesombongan, dan pemujaan diri sendiri
Semoga Tuhan memberkati kita. Amin. (Fradj)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H