Fenomena bungkam ADPRD telah dianggap sebagai kebungkaman dan ketakutan yang terorganisir dan sistematis. Kenapa? DPRD adalah sebuah organisasi yang sistematis dari, oleh, dan untuk rakyat.Â
Rakyat tentu bertanya, masa dari sekian banyak ADPRD Lembata tidak ada yang berani buka suara? Kalaupun ada yang buka suara dianggap sebagai pencitraan dan pecundang. Ini yang bikin Lembata tidak maju-maju.Â
Rupanya diam, bungkam adalah sebuah kendaraan melewati jalan sepi nan aman demi memuluskan karier politik masa datang. Prinsipnya nyaman di zona nyaman, sudah dikuasai oleh nasib dan sulit untuk mengubahnya. Inilah aliran fatalisme yang akibatnya fatal!.
Di media ini (kompasiana.com edisi 8 Mei 2021) saya pernah menulis tentang Jokowi dan Jaket Merah yang 'dititip' di Lembata. Â Jaket Merah itu adalah simbol keberanian. Jaket merah itu sudah ada dipundak orang Lembata.Â
Jokowi sendiri memakaikan jaket merah itu dan itu berarti pula mengenakan keberanian kepada diri orang Lembata untuk bangkit melawan kekuasaan yang otoriter dan membelenggu rakyat. Bangkit melawan ketidakberesan yang mengangkangi rakyat Lembata. Bangkit untuk melucuti politik abu-abu yang 'maju mundur cantik'. Bangkit untuk memenangkan rakyat.Â
Aksi ARBL mestinya dipandang sebagai sebuah gerakan positip dalam berdemokrasi sebagai vox populi, vox dei. Aksi ini sebagai bentuk kecintaan rakyat terhadap para wakilnya untuk kembali menyadari panggilannya sebagai pelayan rakyat sekaligus sebagai dewan terhormat. Rakyat bersuara menyampaikan aspirasi untuk ditindaklanjuti oleh para wakilnya.
Inilah dinamika politik demokrasi. Maka sudah sepantasnya ADPRD Lembata patut berterima kasih dengan adanya aksi ini, agar segeralah bangun kembali dari tidur panjang di 'Oring' karena ada rakyat yang mendukung dan ada bersama sebagai patner politik.Â
Aksi ini bukan karena benci tapi karena cinta. Terlepas dari 'keseleo'lidah yang menyerang secara personal ADPRD tertentu tetaplah hukum menjadi junjungan tertinggi sebagai negara hukum. Berani berbuat, berani bertanggung jawab, dan pihak yang merasa dirugikan silahkan menempuh jalur hukum sekaligus sebagai proses pembelajaran bagi siapa saja pengguna media.Â
Hal terakhir ini tentu tidak mengaburkan substansi aksi perjuangan orang-orang muda Lembata. Satu saja niatnya yang tertulis di poster ARBL, 'Ut Omnes Unum Sint'(supaya mereka semua menjadi satu) yang sejalan dengan filosofi diri orang Lembata, 'Kaan Oneket Tou'. (Fradj)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H