Mohon tunggu...
foy ario
foy ario Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 44 Jakarta

saya adalah seorang guru bidang studi Bahasa Indonesia SMA, hobby saya berliterasi khususnya membaca dan mengembangkan budaya membaca, saya juga seorang yang autodidak mempelajari dan mengembangkan majalah sekolah hingga saya dipercaya menjadi pembina, konsultan, dan telah menghasilkan sebuah buku terbitan penerbit mayor yang berjudul ""Membuat Majalah Sekolah. Ah Gampang" terbutan Esis Erlangga, hingga hari ini renjana saya di literasi telah membawa saya pada hal terbaik pada hidup saya yakni terus menebar kebaikan dan berbagi dalam bidang saya yakni literasi, salam literasi...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mutasi dan kehidupan selanjutnya

16 Desember 2024   11:31 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika Mutasi Datang: Perjalanan Baru yang Tak Terduga

Mutasi adalah salah satu bagian tak terhindarkan dari kehidupan sebagai seorang aparatur sipil negara, termasuk seorang guru. Namun, meskipun mutasi dianggap sebagai hal yang lumrah dalam sistem, tidak berarti perasaan yang muncul saat menghadapinya menjadi mudah untuk dihadapi. Bagi saya, seorang guru Bahasa Indonesia yang telah mengabdikan diri selama 21 tahun di sebuah sekolah negeri di Jakarta, keputusan mutasi yang datang pada bulan April 2024 menjadi salah satu momen paling sulit dalam perjalanan karier saya.

Perasaan Terbuang dan Tersingkirkan

Ketika saya pertama kali menerima kabar bahwa saya akan dimutasi ke sekolah negeri lain di Jakarta, perasaan campur aduk langsung memenuhi pikiran saya. Ada rasa tidak percaya, diikuti dengan kesedihan yang mendalam. Saya merasa seperti terbuang, tersingkirkan dari tempat di mana saya telah mengabdikan sebagian besar hidup saya.

Di sekolah sebelumnya, saya bukan sekadar seorang guru. Saya merasa menjadi bagian penting dari perkembangan sekolah, terutama dalam bidang literasi. Saya terlibat aktif dalam pengembangan majalah sekolah, sebuah medium yang bukan hanya menyuarakan aspirasi siswa, tetapi juga menjadi alat untuk mendorong budaya membaca dan menulis di kalangan generasi muda. Kontribusi saya di sana bukanlah sesuatu yang kecil, melainkan bagian dari identitas saya sebagai pendidik.

Namun, dalam sekejap, semua itu terasa seperti tidak dihargai. Keputusan mutasi ini seolah memaksa saya untuk meninggalkan warisan yang telah saya bangun selama bertahun-tahun, untuk memulai semuanya dari nol di tempat yang baru. Lebih menyakitkan lagi, sebagai seorang guru penggerak, saya pernah percaya bahwa posisi saya seharusnya lebih stabil. Kenyataannya, mutasi tetap terjadi, melunturkan harapan saya terhadap prinsip yang semula saya percayai.

Kehilangan Kesempatan yang Berharga

Tidak hanya perasaan kehilangan itu yang membebani hati saya, tetapi juga kesempatan-kesempatan yang kini terasa melayang jauh dari jangkauan saya. Sebelumnya, saya telah memiliki kesempatan untuk belajar manajemen sebagai wakil kepala sekolah, sebuah pengalaman berharga yang dapat menjadi modal besar untuk pengembangan karier saya ke depan. Namun, mutasi ini membuat saya kehilangan peluang tersebut. Rasa kecewa tentu muncul, karena peluang seperti itu tidak datang dua kali.

Di sekolah baru, saya menghadapi tantangan untuk kembali memulai dari awal. Di tempat baru ini, saya belum mengenal lingkungan, budaya, dan komunitasnya. Di sini, saya bukan lagi "seseorang yang dikenal", melainkan hanya seorang guru baru yang perlu membuktikan dirinya kembali. Perasaan ini menambah beban di hati saya.

Mencari Arti di Balik Mutasi

Namun, di tengah kekecewaan dan rasa kehilangan yang saya rasakan, saya menyadari bahwa mutasi ini, meskipun terasa pahit, adalah bagian dari perjalanan hidup yang tidak sepenuhnya bisa saya kendalikan. Mungkin, ada makna yang lebih besar di balik keputusan ini yang belum mampu saya pahami sepenuhnya saat ini.

Sebagai seorang guru, saya selalu mengajarkan kepada siswa-siswa saya untuk tidak menyerah menghadapi tantangan. Saya sering berkata kepada mereka bahwa kehidupan adalah serangkaian proses pembelajaran, di mana setiap ujian yang kita hadapi dapat menjadi batu loncatan untuk menjadi pribadi yang lebih kuat. Kini, kata-kata itu terasa menggema kembali di dalam hati saya, seolah menjadi nasihat bagi diri saya sendiri.

Melangkah Maju dengan Optimisme

Mutasi ini mungkin terasa seperti sebuah langkah mundur, tetapi saya harus percaya bahwa ini adalah bagian dari proses untuk melangkah lebih jauh. Di sekolah baru, saya memiliki kesempatan untuk membawa semangat literasi yang sama seperti yang saya lakukan di sekolah sebelumnya. Saya memiliki peluang untuk menciptakan kontribusi baru, mengenal siswa-siswa yang berbeda, dan menghadirkan perubahan di lingkungan yang baru.

Sebagai seorang pendidik, tugas utama saya adalah memberikan dampak positif kepada generasi penerus, di mana pun saya ditempatkan. Mungkin, Tuhan telah menyiapkan rencana yang lebih besar bagi saya di tempat baru ini, meskipun saya belum mampu melihatnya sekarang.

Untuk diri saya sendiri, saya ingin berkata: "Jangan berhenti. Jangan biarkan rasa kecewa ini menghentikan langkahmu. Semua yang telah kamu bangun di sekolah sebelumnya adalah bukti dari kemampuanmu untuk menciptakan perubahan. Sekarang, saatnya untuk membawa kemampuan itu ke tempat baru dan menciptakan kisah baru yang tidak kalah berarti."

Penutup: Sebuah Awal Baru

Perjalanan ini tentu tidak mudah, tetapi saya harus percaya bahwa setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. Sebagai seorang guru penggerak, tugas saya bukan hanya untuk mengajar, tetapi juga untuk terus belajar, bertumbuh, dan menginspirasi di mana pun saya berada. Sekolah baru ini bukan akhir dari segalanya, melainkan panggung baru yang harus saya isi dengan dedikasi dan semangat yang sama seperti sebelumnya.

Saya mungkin kehilangan sesuatu yang berarti, tetapi saya juga telah mendapatkan kesempatan untuk membangun sesuatu yang baru. Dengan hati yang lebih kuat, saya melangkah maju, optimis bahwa apa pun rintangannya, saya akan mampu melaluinya. Karena sejatinya, seorang guru adalah penggerak yang tidak pernah berhenti berjalan, meskipun jalannya berubah arah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun