Dengan kehadiran kecerdasan buatan (AI) dikhawatirkan akan mengancam tersedianya lapangan kerja. Sudah muncul kekhawatiran bahwa AI yang akan menggantikan pekerjaan manusia di masa yang akan mendatang. Berdasarkan survei Forbes Advisor pada tahun 2023, sebanyak 77 persen dari 2000 pekerjaan di Amerika Serikat (AS) khawatir AI akan menyebabkan hilangnya pekerjaan dalam setahun ke depan. Mereka khawatir bahwa AI akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan dalam waktu dekat.
Menurut Firman perkembangan teknologi cenderung membuat manusia semakin malas dan terlalu bergantung. “kemudian teknologi di pakai untuk orang malas. Artificial Intelligence akhirnya membuat kita tidak mau menggunakan kemampuan dan Ketika itu ditantang, para pengembangnya bisa menyediakan yang lebih canggih dari itu,” ujarnya. Pada akhirnya, manusia menempatkan teknologi sebagai pelaku dan bukan sebagai pembantu. “Ketika kita menempatkan teknologi bukan sebagai co-pilot atau pembantu, itu sebetulnya ancaman buat kita sendiri. Batasannya ada di situ,” kata Firman. (https://www.kompas.com)
Kemudahan tersebut, timbul pertanyaan besar. Apakah AI benar benar akan merebut lapangan kerja manusia? Memang benar bahwa beberapa pekerjaan telah di gantikan oleh mesin. Misalnya, di sektor manufaktur, robot telah menggantikan pekerjaan manusia dalam melakukan tugas yang berulang dan bahaya. Kita perlu memahami bahwa teknologi juga telah menciptakan lapangan kerja baru yang dimana sebelumnya tidak ada. Misal, permintaan akan ahli data dan ilmuwan AI telah meningkat secara signifikan, menciptakan peluang karir baru bagi individu yang mempunyai keterampilan teknis yg di perlukan.
Kita harus mempertimbangkan potensi kolaborasi antara manusia dan AI (Artificial Intelligence). Meskipun AI dapat melakukan tugas tertentu dangan cepat dan efisien daripada manusia, terdapat aspek yang tetap menjadi keunggulan manusia yang tidak dapat di gantikan oleh AI.
Misal, kemampuan kreativitas, pemecah masalah kompleks, dan empati. Hal tersebut sangatlah sulit ditiru oleh mesin. Banyak kasus, kolaborasi antara manusia dan AI dapat menghasilkan hasil yang baik daripada bekerja secara terpisah.
Menurut prof. Lina, untuk sukses dalam bidang AI Engineering, ketrampilan teknis seperti pemrograman, rekayasa perangkat lunak, dan data sains sangat penting.
“Namun, kekuatan dalam komunikasi dan pemecahan masalah juga tidak kalah penting,” ujarnya.
Pada program studi Teknik informatika Untar, AI telah manjadi mata kuliah wajib di semester 4, dengan peminatan khusus dalam intelligence system atau pengembangan sistem cerdas berbasis AI, selangkah lebih maju daripada AI.
Untuk memastikan perkembangan AI tidak mengancam lapangan kerja, penting bagi manusia untuk mengatasi tantangan yang ada.
Sejatinya, AI adalah hasil dari apa yang telah dilatih manusia. Tanpa kreativitas dan kepintaran manusia, sebuah model AI tidak bisa berkembang.
Oleh karena itu, Pendidikan dan pelatihan yang terus menerus di perlukan untuk mempersiapkan tenaga kerja masa depan agar memiliki ketrampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang.