Mohon tunggu...
Panji Hadisoemarto
Panji Hadisoemarto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nama saya Panji. Lahir di Bandung tahun 1979. Sedang belajar tentang kesehatan masyarakat global di Harvard University.\r\n\r\nhttp://panjifortuna.jimdo.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Selamat Tinggal (Indonesia Sehat) 2010

24 Desember 2010   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:26 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa ya, tinggal hitungan hari saja sampai kita mengucapkan "Selamat Tinggal 2010!" Dekade pertama di milenium baru ini memang penuh sekali pengharapan. Seperti layaknya pengharapan, ada yang tercapai ada yang tidak. Di bidang kesehatan, kita punya satu pengharapan yang kita beri nama "Indonesia Sehat 2010". Hmm, itu pengharapan yang tercapai atau yang tidak, ya?

Mumpung perkuliahan sedang reses musim dingin, saya coba melihat-lihat bagaimana perkembangan capaian IS 2010 dari waktu ke waktu. Berhubung saya tidak punya akses ke banyak data, dan saya masih terlalu malas buat menggali (benar-benar harus digali!) angka-angka yang konsisten, saya lihat beberapa angka dari Profil Kesehatan Indonesia yang berserakan di internet. Indikator IS 2010 ada 50 buah, selain sangat banyak, mengekstraknya dari Profil Kesehatan juga tidak semudah membalik telapak tangan. Jadi, ini bukan analisis yang bisa Anda pakai di forum ilmiah, cukup sebagai bahan obrolan di meja makan saja.

Berikut target-target IS 2010 yang saya pilih:

1. Angka kematian bayi (AKB, per 1000 kelahiran hidup): 40

2. Angka kematian ibu (AKI, per 100 000 kelahiran hidup): 150

3. Kasus demam berdarah dengue (DBD, per 100 000 penduduk): 2

4. Persalinan oleh tenaga kesehatan (Linnakes): 90 persen

5. Jumlah dokter (DR, per 100 000 penduduk): 40

Saya lihat angka-angka tersebut di tahun 1999, tahun saat IS 2010 dicanangkan oleh Presiden Habibie, dan beberapa tahun di dekade yang lalu. Perlu diperhatikan bahwa angka-angka yang ada di Profil Kesehatan diambil dari berbagai sumber dan kadang-kadang sumber berbeda dipakai di Profil yang berbeda sehingga trend seringkali tidak konsisten (belum lagi formatnya yang.. haduh, pusing). Sayang sekali Profil Kesehatan 2009 belum bisa saya peroleh. Jadi, bagaimana progressnya?

Tahun                1999          2001          2004          2007          Target         Status

1. AKB:              41               50              35              34              40                OK

2. AKI:               373 ('95)     ---              307            228             150              Mungkin OK

3. DBD:              35.19         15.75         37.11         71.78           2                 Jauh dari OK

4. Linnakes:       62%           67%          71%           76%            90%            Hampir OK

5. DR:                 11               ---               ---             19                40               Tidak OK

Menarik bukan? Di tahun pencanangannya, 1999, target kematian bayi sudah hampir tercapai tapi yang lain masih jauh. Saya pikir, target IS 2010 ada yang realistis ada yang bombastis. Target kesehatan ibu dan anak (KIA) nampaknya dibuat dengan realistis. Tidak aneh sih, karena KIA memang fokus perhatian dunia sejak dulu. Jadi, yang membuat target pasti sudah berpengalaman. Hehehe. Lain halnya dengan pengendalian penyakit menular dan pemenuhan sumber daya kesehatan.

Menurunkan insidensi DBD sampai ke angka 2 per 100 000 penduduk bisa disebut mimpi di siang bolong. Di dunia ini baru dua negara yang berhasil menekan kejadian DBD sampai serendah itu: Singapura dan Kuba. Tanpa berpanjang lebar, Indonesia bukan Kuba atau Singapura. Sedangkan target pemenuhan kebutuhan dokter nampaknya tidak dihitung dengan matang. Argumen saya, jumlah lulusan dokter semestinya lebih mudah 'dikendalikan' ketimbang penyakit. Bisa dihitung, diproyeksikan lalu diprogramkan. Jadi, kalau bukan karena perhitungan yang kurang matang, target ini semestinya cukup mendekati. Target persalinan linnakes agak sulit dianalisis sepintas lalu.

Target linnakes bisa meningkat karena faktor nakesnya yang bertambah dan merata (dalam hal ini dokter dan bidan) dan/atau masyarakatnya yang semakin banyak bersalin di nakes. Bagaimanapun, peningkatannya kelihatan masih agak kurang untuk mencapai target IS 2010. Yang menarik, walaupun peningkatannya tidak sesuai pengharapan, ternyata kesehatan ibu dan anak masih berkembang dengan pesat.

Jadi?

Tanpa bermaksud menggeneralisir ke-5 target di atas kepada ke-50 target Indonesia Sehat 2010, saya pikir Indonesia Sehat 2010 secara umum memang gagal. Menurut saya, penyebabnya adalah formulasi target yang tidak didasarkan perhitungan yang baik dan tidak ada keseriusan (atau kemampuan?) untuk menterjemahkan target ke dalam bentuk program dan pendanaan yang baik pula. Faktor kedua tentunya sangat erat kaitannya dengan perhitungan yang kurang matang. Jadi, saya menyimpulkan kalau IS 2010 gagal lebih disebabkan goal setting yang, maaf, ngaco.

Jadi (lagi)?

Kita sudah di penghujung tahun 2010. Sehabis MDG lima tahun yang akan datang, kita harus mempunyai berjuang untuk mencapai target yang baru (*). Tentu kita ingin target itu adalah target yang kita buat sendiri (maksud saya, jangan menunggu target dari WHO atau Bank Dunia) supaya kita bisa tumbuh menjadi bangsa yang mandiri dan berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Ya, menyusun target tetap perlu. Tapi target yang absurd, tidak bisa dicapai, hanya akan membuat semangat patah dan kepercayaan diri tergerus. Oleh karenanya, kita mengharapkan pemimpin kita bisa bertindak sebagai arsitek pembangunan yang handal dan tidak membuat target semata-mata sebagai alat pencitraan.

Sebagai resolusi akhir tahun 2010, marilah kita lebih serius dalam menyusun target dan rencana membangun bangsa, menjadikan 'evidence base'  suatu kenyataan dan bukan sekedar jargon. Selamat tinggal Indonesia Sehat 2010, selamat datang Indonesia Sehat.

Winter 2010

Panji

(*) Mungkin rencana ke depan sudah ada di Renstra Kemkes, tapi saya agak kesulitan membaca Bahasa Indonesia krama inggil. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun