mahasiswa. Di sisi lain, kesibukan demi kesibukan yang dijalani mahasiswa setiap harinya sering kali membuat mahasiswa menomorduakan kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti makanan.Â
Kebutuhan manusia meningkat seiring berkembangnya zaman. Hal ini terjadi pada semua kalangan, termasukDengan begitu, pola pikir mahasiswa akan berubah menginginkan hal yang instan. "Kalau ada yang mudah, kenapa harus memilih yang susah?". Selain itu, mahasiswa yang sedang berada pada masa peralihan memicu timbulnya pola hidup konsumtif yang terkadang berlebihan.
World Instant Noodle Association (2020) melaporkan bahwa Indonesia adalah negara dengan permintaan mi instan terbesar di dunia. Disebabkan oleh harga murah, cara penyajian yang mudah, sumber kalori yang murah, dan bantuan komitmen pemerintah untuk mengurangi konsumsi nasi, mi instan sangat diminati di Indonesia (Kingwell, et al., 2020).
- Apa itu mi instan?
Mi instan itu sendiri adalah mi berbentuk blok yang telah dimasak dan biasanya kering serta dilengkapi dengan bumbu dan/atau minyak bumbu yang dikemas dalam kemasan terpisah.Â
Sebelum dimakan, blok mi biasanya direndam dalam air mendidih untuk waktu tertentu sebelum ditambahkan bumbu. Momofuku Ando dari Nissin Food Jepang pertama kali memperkenalkan mi instan pada tahun 1958. Pada tahun 1971, dia kemudian memperkenalkan produk mi instan yang dikemas dalam gelas polisterena (Harsanto, 2015).
- Mi instan solusi yang tepat?
Mi instan adalah solusi yang terpikirkan oleh hampir semua mahasiswa di kala perut meronta kelaparan, dompet menjerit tak berisi, dan waktu yang terus berjalan.Â
Selain itu, mi instan dipilih karena memiliki sifat yang enak, praktis, dan mengenyangkan. Namun, faktanya mi instan belum mampu mencukupi kebutuhan gizi seimbang yang dibutuhkan mahasiswa. Mi instan yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat yang tinggi, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya sedikit.Â
Terlebih lagi, bentuk mi instan yang kering merupakan hasil penggorengan yang kaya akan trans fat (lemak trans) yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner karena mampu meningkatkan LDL (kolesterol jahat). Selain itu, mi instan lebih banyak mengandung MSG (mono sodium glutamat) dan sodium yang tidak baik untuk kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam Nutrition Research and Practice diketahui bahwa konsumsi mi instan yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kejadian obesitas dan sindrom kardiometabolik pada remaja dan dewasa.Â
Sindrom kardiometabolik berarti sekumpulan kondisi kesehatan atau gejala yang berkaitan dengan jantung dan proses metabolisme. Selain itu, karena mi instan mengandung natrium 40% dari kebutuhan sehari maka mi instan tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi. Kandungan gluten yang membuat mi kenyal juga bisa menyebabkan gangguan autoimun dan malnutrisi jika dikonsumsi berlebihan.
- Sajian sehat mi instan ala anak gizi
Pada dasarnya mengonsumsi mi instan itu boleh saja terlepas dari banyak dan seberapa sering mengonsumsinya. Mahasiswa, ketika akhir bulan tentu akan senantiasa berhemat dan seringkali sulit untuk dapat menghindari konsumsi mi instan. Maka dari itu, solusi yang tepat ialah dengan tetap mengonsumsi mi instan tapi berikan modifikasi dalam penyajiannya.
Dalam sekali makan pastikan hanya memasak 1 bungkus mi instan dengan dilengkapi bahan-bahan lain seperti telur dan sayuran. Jika stok telur habis maka sumber protein hewani dan omega-3 itu bisa diganti dengan sumber protein nabati seperti tahu maupun kacang-kacangan yang juga mengandung omega-3. Selain itu, bisa lebih hemat lagi dengan cara memasak mi instan dengan air kaldu dari tulang ayam yang biasa dijual di pasaran.Â
Sedangkan, bahan tambahan berupa sayuran itu tidak hanya sawi tetapi ada banyak pilihan lainnya seperti pakcoy, daun bawang, brokoli, wortel, bayam, rumput laut, timun, maupun kimchi.
- Kandungan 1 porsi mi instan
Meskipun yang lebih banyak beredar dan sampai ke telinga adalah dampak negatif mengonsumsi mi instan, tetapi masih ada kandungan vitamin dan mineral di dalamnya dalam jumlah yang sedikit.Â
Dalam 1 kemasan mi instan merk lokal mengandung vitamin A, vitamin B kompleks, dan zat besi. Jika dilakukan modifikasi penyajian seperti paragraf di atas maka nilai gizi mi instan akan bertambah begitu pula dengan manfaatnya untuk tubuh.
- Bolehkah mengonsumsi mi instan setiap hari?
Tidak boleh. Meski sajian mi instan sudah dimodifikasi dan nilai gizinya bertambah sekalipun tetap tidak boleh mengonsumsi mi instan setiap hari dan menjadikannya pengganti makanan pokok yang kaya akan gizi seimbang. Untuk konsumsi mi instan yang lebih sehat, selain memodifikasi penyajian mi instan dengan menambahkan bahan lainnya, bisa juga dengan memilih produk mi instan sehat yang diklaim lebih baik.
Referensi :
Harsanto, P. W. (2009). Gaya Hidup Modern dan Iklan (Budaya Makan Mi Instan sebagai
Identitas). Imaji (Jurnal Seni dan Pendidikan Seni).
Huh, I. S., Kim, H., Jo, H. K., Lim, C. S., Kim, J. S., Kim, S. J., Kwon, O., Oh, B., & Chang, N. (2017). Instant noodle consumption is associated with cardiometabolic risk factors among college students in Seoul. Nutrition research and practice, 11(3), 232–239. https://doi.org/10.4162/nrp.2017.11.3.232.
Kencana, D. (2019). Pengaruh Mie Instan Bagi Kesehatan Anak Kos Di Jalan Garuda Induk, Kec. Padang Utara, Kota Padang.
Kingwell, R. (2020). The Changing Trade Landscape in Asian Grain Markets: An Australian Perspective. Cereal foods world.
Mia Audina, M. (2019). “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa STIKES Perintis Padang Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Stikes Perintis Padang).
Wahyuni, Y., Wulandari, F., & Bayus, V. (2015). Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Bahaya Mengkonsumsi Mie Instan di Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Jakarta, 2014. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 1(1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H