Mohon tunggu...
Anarkhi Dianas
Anarkhi Dianas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Diberi Label "Kere Aktif", Bagaimana Reaksimu?

10 Januari 2018   17:30 Diperbarui: 11 Januari 2018   07:55 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana reaksimu ketika orang memberikan label "kere aktif" padamu? Kecewa? atau Bangga?

Jangan tergesa-gesa untuk menjawabnya. Simpan terlebih dahulu hingga akhir tulisan ini, ya.

Kenapa jawabannya harus disimpan hingga akhir tulisan? Mungkin itu salah satu pertanyaan yang akan kamu lontarkan dalam pikiranmu. Yaps, karena tidak semua orang tahu apa yang dimaksud dengan kata "kere aktif". Mungkin kamu bagian dari mereka yang tidak tahu. Jadi, mari kita ulas terlebih dahulu, apa itu "kere aktif"?

Ya, "kere aktif" terdiri dari dua, dimana kata "kere" merupakan kata dalam bahasa jawa yang memiliki arti kekurangan finansial atau lebih singkatnya adalah miskin. Kata "aktif" merupakan bahasa Indonesia yang memiliki arti bertindak atau berperilaku yang mengindikasikan sebuah usaha atau bergerak/bereaksi. Kata "kere aktif" ini merupakan bahasa slank dari kata "kreatif" yang sering digunakan oleh orang Jawa untuk menunjukkan sebuah reaksi ketika melihat ada orang lain berhasil menciptakan sebuah karya diluar kemampuan berfikir secara normal. Kata "kere aktif" juga memiliki arti sebagai keadaan serba kekurangan yang dimiliki seseorang sehingga dia harus berfikir diluar nalar atau dalam bahasa inggrisnya biasa disebut "thinking out of the box".

Bagaimana jika orang lain melabelimu sebagai orang yang "kere aktif"? Bukannya lebih menyenangkan jika dilabeli "kreatif" dibandingkan "kere aktif"?

Ini beberapa contoh hasil karya yang menunjukkan kemampuan seseorang sehingga bisa dilabeli "kere aktif".

                                                                                          

Gambar 2: Garpu sebagai Candle Stand (life.idntimes.com)
Gambar 2: Garpu sebagai Candle Stand (life.idntimes.com)
Gambar 3: Helikopter barang bekas (batam.tribunnews.com)
Gambar 3: Helikopter barang bekas (batam.tribunnews.com)
Kenapa orang yang menghasilkan kreatifitas diatas bisa dilabeli "kere aktif"? Lihat barang-barang yang digunakan untuk membuat karya nomor 1, 2, dan 3. Semuanya berasal dari barang-barang bekas yang mudah ditemukan di dapur, kan. Tanpa harus membeli peralatan yang mahal dan dengan sentuhan dari tangan-tangan para "kere aktif" ini, barang-barang tadi disulap menjadi barang yang lebih bermanfaat dengan fungsi yang baru tanpa menipiskan isi dompet. 

Benar bukan? Karena murah dan menggunakan barang-barang yang bukan fungsi utamanya itulah kenapa orang-orang yang memiliki kreatifitas tinggi itu bisa dilabeli si "kere aktif".

Saya sendiri juga dijuluki si "kere aktif", karena sering melakukan eksperimen-eksperimen tak lazim yang bermanfaat. Alkisah, 3 bulan lalu kipas angin milik rekan satu kontrakan saya yang masih berfungsi tapi tidak bisa dialihkan ke mode putar, jadi walaupun di-setting mode putar, kipas itu akan tetap diposisinya. Hal ini sangat mengganggu, apalagi ketika cuaca sedang panas, kipas itu tidak bisa menyejukkan seluruh ruangan karena hanya bisa mengipasi satu sudut ruangan saja. Akhirnya setelah mendapat izin dari pemiliknya, kipas itu saya bongkar. 

Ternyata ada komponen yang patah. Karena tidak memiliki lem perekat untuk plastik, akhirnya saya menggunakan lem tembak atau glue gun yang biasa saya gunakan untuk merekatkan flanel. Setelah lem tembak saya rekatkan, rekatannya kurang kuat (tentu saja, karena memang bukan kegunaannya). Kemudian saya cari pita kecil, saya lilitkan memutar dibagian yang patah itu, lalu saya ikat kuat-kuat. 

Akhirnya, kipas itu sudah bisa berfungsi kembali dengan normal (dan masih berfungsi hingga detik ini ketika saya sedang menuliskan artikel ini). Seharian kami gunakan kipas itu, sampai-sampai akhirnya saya terserang flu karena kedinginan.

Inilah kipas angin pembawa kesejukan itu. Saya beri pita bukan agar dia lebih cantik, tapi karena lengkungan penyangganya patah. Tapi benar, dia jadi terlihat lebih feminim dengan pita-pita merah itu (dok.pribadi)
Inilah kipas angin pembawa kesejukan itu. Saya beri pita bukan agar dia lebih cantik, tapi karena lengkungan penyangganya patah. Tapi benar, dia jadi terlihat lebih feminim dengan pita-pita merah itu (dok.pribadi)
Flu itu memang sangat mengganggu aktivitas. Apalagi ketika gejala flu menyerang. Kita bisa mengalami demam, hidung tersumbat, bersin-bersin. Sungguh melelahkan, bukan? Kata teman saya, kenapa tidak melakukan terapi uap (nebulizer) ke dokter saja. Kondisi sebagai mahasiswa di akhir bulan? dan dalam keadaan sakit? melakukan terapi uap seharga 500-700 ribu? Lebih baik saya cari alternatif lain di apotek. Saya menemukan minyak Kayu Putih Aromaterapi. Saya baca komposisi produknya. 

Ketika saya membaca bagian indikasi di kemasan minyak Kayu Putih Aromaterapi ada kalimat yang berbunyi "Minyak Ekaliptus Aromaterapi dapat digunakan sebagai aromaterapi untuk refreshing pikiran & ketenangan, dibeberapa kondisi khasiat ekaliptus dapat dirasakan dengan cara meneteskan 2-3 tetes ke dalam air hangat pada wadah untuk kemudian dihirup uapnya".

Tanpa berfikir lama, karena ada tulisan bisa dihirup dengan uap akhirnya saya ambil varian green tea dan saya bawa pulang. Saya tuang air hangat kedalam mangkuk dan saya tuangkan 3 tetes Kayu Putih Aromaterapi kedalam mangkuk yang berisi air hangat. Karena saya tidak mau aromanya menyebar kemana-mana (takut efek uapnya tidak sampai ke hidung saya yang mulai mampet), akhirnya saya gunakan kertas karton untuk melingkari mangkuk tadi dan langsung saya hirup uap dari mangkuk tadi melalui cerobong karton yang saya buat. (Lagi-lagi berfikir "kere aktif")

Beberapa saat setelah menghirup uap dari minyak Kayu Putih Aromaterapi, hidung saya yang tadinya mampet mulai bisa bernafas, tenggorokan yang tadinya terasa kering karena bernafas lewat mulut, akhirnya terasa segar kembali. Uap yang dihasilkan dari perpaduan air hangat dan Kayu Putih Aromaterapi ini memberikan efek kesegaran, seperti ada rasa mint yang melegakan tenggorokan dan juga hidung saya. Ternyata bukan hanya memberikan kelegaan bagi hidung saya yang mampet karena gejala flu, tetapi aroma green tea yang dihasilkan oleh minyak Kayu Putih Aromaterapi ini memberikan ketenangan, sehingga saya bisa berfikir dengan relax. Akhirnya saya bisa beraktivitas sebagai creative people jaman now lagi tanpa rasa melelahkan akibat flu. Sejak saat itu, saya gunakan Kayu Putih Aromaterapi ketika sedang ingin relax atau membutuhkan ketenangan.

Itulah kenapa saya juga terlabeli sebagai orang yang "kere aktif". Lalu, bagaimana reaksi saya ketika orang lain melabeli saya sebagai orang yang "kere aktif"? Saya bangga. Kenapa? Karena disaat sesuatu tidak berjalan semestinya dan hanya ada bantuan sekecil apapun akan saya pergunakan bantuan itu semaksimal mungkin. Jadi, saya akan selalu selamat dalam situasi terburuk sekalipun.

Kalau kamu? Bagaimana reaksimu jika dijuluki atau di labeli si "Kere Aktif"?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun