Akhirnya, kipas itu sudah bisa berfungsi kembali dengan normal (dan masih berfungsi hingga detik ini ketika saya sedang menuliskan artikel ini). Seharian kami gunakan kipas itu, sampai-sampai akhirnya saya terserang flu karena kedinginan.
Ketika saya membaca bagian indikasi di kemasan minyak Kayu Putih Aromaterapi ada kalimat yang berbunyi "Minyak Ekaliptus Aromaterapi dapat digunakan sebagai aromaterapi untuk refreshing pikiran & ketenangan, dibeberapa kondisi khasiat ekaliptus dapat dirasakan dengan cara meneteskan 2-3 tetes ke dalam air hangat pada wadah untuk kemudian dihirup uapnya".
Tanpa berfikir lama, karena ada tulisan bisa dihirup dengan uap akhirnya saya ambil varian green tea dan saya bawa pulang. Saya tuang air hangat kedalam mangkuk dan saya tuangkan 3 tetes Kayu Putih Aromaterapi kedalam mangkuk yang berisi air hangat. Karena saya tidak mau aromanya menyebar kemana-mana (takut efek uapnya tidak sampai ke hidung saya yang mulai mampet), akhirnya saya gunakan kertas karton untuk melingkari mangkuk tadi dan langsung saya hirup uap dari mangkuk tadi melalui cerobong karton yang saya buat. (Lagi-lagi berfikir "kere aktif")
Beberapa saat setelah menghirup uap dari minyak Kayu Putih Aromaterapi, hidung saya yang tadinya mampet mulai bisa bernafas, tenggorokan yang tadinya terasa kering karena bernafas lewat mulut, akhirnya terasa segar kembali. Uap yang dihasilkan dari perpaduan air hangat dan Kayu Putih Aromaterapi ini memberikan efek kesegaran, seperti ada rasa mint yang melegakan tenggorokan dan juga hidung saya. Ternyata bukan hanya memberikan kelegaan bagi hidung saya yang mampet karena gejala flu, tetapi aroma green tea yang dihasilkan oleh minyak Kayu Putih Aromaterapi ini memberikan ketenangan, sehingga saya bisa berfikir dengan relax. Akhirnya saya bisa beraktivitas sebagai creative people jaman now lagi tanpa rasa melelahkan akibat flu. Sejak saat itu, saya gunakan Kayu Putih Aromaterapi ketika sedang ingin relax atau membutuhkan ketenangan.
Itulah kenapa saya juga terlabeli sebagai orang yang "kere aktif". Lalu, bagaimana reaksi saya ketika orang lain melabeli saya sebagai orang yang "kere aktif"? Saya bangga. Kenapa? Karena disaat sesuatu tidak berjalan semestinya dan hanya ada bantuan sekecil apapun akan saya pergunakan bantuan itu semaksimal mungkin. Jadi, saya akan selalu selamat dalam situasi terburuk sekalipun.
Kalau kamu? Bagaimana reaksimu jika dijuluki atau di labeli si "Kere Aktif"?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H