Mohon tunggu...
Formas Juitan
Formas Juitan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Authenticity and Trust of New Media?

4 Januari 2012   07:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam dunia internasional, media sosial menjadi corong komunikasi internasional yang mampu menghadirkan sosok fenomena baru dalam kehidupan masyarakat. Media sosial mampu menciptakan suatu pola hubungan yang sangat erat antara individu-individu yang menggunakannya, memberi ruang publik dan kebebasan berpikir bagi penggunanya. Tidak sedikit ditemukan orang merelakan waktu dan uangnya untuk menggunakan media sosial hanya untuk menujukkan dirinya dan berbagi informasi tentang dirinya kepada dunia lain.

Media sosial mampu menempatkan posisi unggul dan meninggalkan media tradisional yang tidak memiliki ruang bagi penggunanya. Cina menggunakan media sosial di dalam menjalankan perusahaan-perusahaannya membentuk jaringan, pemasangan iklan dan sebagainya. Memanfaatkannya untuk kepentingan-kepentingan kapitalis, menjadikannya pola strategi untuk mendapat keuntungan.

Kapitalisme dalam media baru

Berbicara masalah media sosial tidak lepas dari lahirnya media baru. Wujud media baru dalam masyarakat adalah terciptanya pola media sosial. Masyarakat internasional di tuntut untuk melek teknologi dan menjadi bagian dari eksistensinya. Media sosial meliputi, usenet, blogs, Wikipedia, social network, instant messaging, audio-video interaction.

Perkembangannya pun tidak lepas dari kepentingan bisnis para kapitalis. Terciptanya konsolidasi media yang ditawarkan kepada masyarakat internasional yang pada kenyataanya hanya satu tetapi dibuat banyak pilihan. Tujuannya jelas menciptakan keseragaman dunia sesuai dengan apa yang diinginkan penciptanya.

Eksistensi media sosial, dapatkah dipercaya?

Keberadaanya pun mampu menggeser media lama dalam menciptakan suatu budaya baru. Media sosial memberi ruang publik untuk mengekspresikan diri dan pola berpikir bebas. Hal ini mampu menarik perhatian masyarakat dalam menuangkan pikiran, berbagi informasi kepada masyarakat dunia maya.

Di lihat dari karakteristiknya media sosial, blog termasuk didalamnya. Kehadiran blog mampu menciptakan suatu dimensi baru pada diri manusia itu sendiri. Artinya blog bisa digunakan untuk menyatakan diri kepada orang lain, atau afiliasi lain melalui blog tersebut. Blog memiliki identitas yang jelas, tetapi yang jadi masalahnya dapatkah dipercaya ke otentikan isinya, atau hanya pencitraan semata. Sekarang ini, blog banyak dijadikan sebagai strategi bisnis, sehingga tidak jarang orang akan menampilkan hal-hal yang membuat citranya baik. Lalu bagaimana dengan keaslian yang sebenarnya? Hal ini menjadi polemik terhadap masyarakat yang mengaksesnya. Blog dituntut untuk mampu memberi isi yang akurat dan dapat dipercaya, tetapi apakah orang dibalik blog tersebut memiliki kredibilitas? Atau hanya sekedar terpampang.

Di samping itu, blog yang mendapat komentar tajam yang disampaikan orang lain terhadap kebenaran isi blog tersebut, tidak jarang menurunkan nilai kebenaran dan keotentikannya. Ataukah sebaliknya orang yang memberi komentar tersebut yang tidak memiliki kredibilitas.

Menciptakan komoditi baru dibalik keberadaan blog, semakin menurunya nilai dari substansinya. Tidak jarang blog yang ada dijadikan sebagai sarana terpampangnya iklan-iklan yang bernuansa bisnis.

Bagaimana dengan Wikipedia? Selain blog, Wikipedia juga mampu menciptakan ruang publik, di mana pembaca atau pengakses dapat menambah dan mengurangi isi dari Wikipedia itu sendiri. Sangat menarik, karena Wikipedia memberi ruang bagi pembaca untuk mengekspresikan pendapat/opininya dalam suatu topik yang dimuat di dalam Wikipedia, bahkan mampu menciptakan perspektif penunjang bagi para pembacanya sehingga isinya semakin lengkap.

Namun, hal ini menjadi masalah baru dalam memahami suatu sumber yang pasti. Karena isi Wikipedia dibubuhi oleh berbagai pandangan dan paradigm yang berbeda-beda. Sehingga tidak jarang isinya menjadi kabur atau bias. Pembaca pun menjadi bingung dan meragukan keotentikannya.

Kasus lain, ketika isi tulisan yang dimuat dalam Wikipedia mendapatinya dikurangi atau ditambah dengan suatu tulisan yang tidak benar adanya. Sehingga tulisan tersebut menjadi tidak terarah atau rancu. Dengan mudahnya dapat diedit dan dikoreksi kebenarannya kembali. Inilah yang terjadi pada Microsoft pada tahun 2007 ketika ditemukan artikel di Wikipedia yang dianggap mengandung informasi yang tidak akurat tentang salah satu aplikasi perangkat lunak dan yang mereka curigai
hal ini dipengaruhi oleh teknologi saingan giant.

Menurut Wikipedia Tentang Halaman, “Dengan pengecualian yang jarang terjadi, dapat  diedit oleh siapa saja yang memiliki akses ke internet, hanya dengan mengklik “Edit link” halaman ‘. hal ini bertentangan dengan etika keaslian dan percaya Wikipedia di mana prinsipnya adalah “trust to process, trust to people and trust to building. Artinya bahwa ketika seseorang memuat suatu tulisan pembaca diharapkan untuk mampu percaya pada apa yang ditulisnya dan bagaimana pembaca membangun tulisan tersebut menjadi lebih lengkap.

Lalu bagaimana jika yang menambah tulisan tersebut malah semakin memperburuk isi dari tulisannya, bagaimana menyingkapi hal demikian, tentu pembaca yang lain akan mempertanyakan keotentikannya.

Perlu pengontrol

Media sosial akan semakin brutal dan tidak berjalan pada fungsi yang sebenarnya sebagaimana media sosial terbentuk jika pembaca atau pengaksesnya tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu media sosial membutuhkan pengontrol yang mampu meluruskan segala perdebatan di dalam media sosial sehingga isi dari media sosial itu sendiri, baik berupa Blog, Wikipedia maupun sejenisnya yang terkait. Dengan demikian pembaca pun tidak akan meragukan keaslian dari informasi yang diakses.

Memperkuat kesadaran

Tak bisa dipungkiri apalagi dihindari perkembangan teknologi sangat diperlukan oleh manusia. Demikian juga dengan keberadaan media sosial dalam setiap aktifitas manusia sudah menjadi inheren dan tidak bisa dipisahkan. Bahkan menjadikannya lahan mencari keuntungan dan kepentingan bisnis. Tak mampu menghindar karena keberadaannya pun menutut untuk mengambil bagian di dalamnya, sehingga manusia juga bergantung terhadapnya. Manusia membutuhkan media sosial untuk berbagai kepentingan maupun untuk mengekspresikan diri dan media sosial pun hadir menawarkan diri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Namun berbagai permasalahan yang timbul di dalamnya, apakah manusia masih memerlukannya dan memercayainya? Tentu saja manusia masih memerlukannya karena manusia sudah bergantung dengan media sosial.

Hal yang perlu dilakukan untuk menerimanya adalah memperkuat kesadaran masyarakat dalam menganalisis apakah hal tersebut dapat dipercaya kebenarannya atau tidak. Dan yang kedua diperlukan jiwa pengontrol dari masyarakat penggunanya sendiri. Jika isinya tidak masuk akal maka pemabaca harus mampu memperbaikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun