Namun, hal ini menjadi masalah baru dalam memahami suatu sumber yang pasti. Karena isi Wikipedia dibubuhi oleh berbagai pandangan dan paradigm yang berbeda-beda. Sehingga tidak jarang isinya menjadi kabur atau bias. Pembaca pun menjadi bingung dan meragukan keotentikannya.
Kasus lain, ketika isi tulisan yang dimuat dalam Wikipedia mendapatinya dikurangi atau ditambah dengan suatu tulisan yang tidak benar adanya. Sehingga tulisan tersebut menjadi tidak terarah atau rancu. Dengan mudahnya dapat diedit dan dikoreksi kebenarannya kembali. Inilah yang terjadi pada Microsoft pada tahun 2007 ketika ditemukan artikel di Wikipedia yang dianggap mengandung informasi yang tidak akurat tentang salah satu aplikasi perangkat lunak dan yang mereka curigai
hal ini dipengaruhi oleh teknologi saingan giant.
Menurut Wikipedia Tentang Halaman, “Dengan pengecualian yang jarang terjadi, dapat diedit oleh siapa saja yang memiliki akses ke internet, hanya dengan mengklik “Edit link” halaman ‘. hal ini bertentangan dengan etika keaslian dan percaya Wikipedia di mana prinsipnya adalah “trust to process, trust to people and trust to building. Artinya bahwa ketika seseorang memuat suatu tulisan pembaca diharapkan untuk mampu percaya pada apa yang ditulisnya dan bagaimana pembaca membangun tulisan tersebut menjadi lebih lengkap.
Lalu bagaimana jika yang menambah tulisan tersebut malah semakin memperburuk isi dari tulisannya, bagaimana menyingkapi hal demikian, tentu pembaca yang lain akan mempertanyakan keotentikannya.
Perlu pengontrol
Media sosial akan semakin brutal dan tidak berjalan pada fungsi yang sebenarnya sebagaimana media sosial terbentuk jika pembaca atau pengaksesnya tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu media sosial membutuhkan pengontrol yang mampu meluruskan segala perdebatan di dalam media sosial sehingga isi dari media sosial itu sendiri, baik berupa Blog, Wikipedia maupun sejenisnya yang terkait. Dengan demikian pembaca pun tidak akan meragukan keaslian dari informasi yang diakses.
Memperkuat kesadaran
Tak bisa dipungkiri apalagi dihindari perkembangan teknologi sangat diperlukan oleh manusia. Demikian juga dengan keberadaan media sosial dalam setiap aktifitas manusia sudah menjadi inheren dan tidak bisa dipisahkan. Bahkan menjadikannya lahan mencari keuntungan dan kepentingan bisnis. Tak mampu menghindar karena keberadaannya pun menutut untuk mengambil bagian di dalamnya, sehingga manusia juga bergantung terhadapnya. Manusia membutuhkan media sosial untuk berbagai kepentingan maupun untuk mengekspresikan diri dan media sosial pun hadir menawarkan diri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Namun berbagai permasalahan yang timbul di dalamnya, apakah manusia masih memerlukannya dan memercayainya? Tentu saja manusia masih memerlukannya karena manusia sudah bergantung dengan media sosial.
Hal yang perlu dilakukan untuk menerimanya adalah memperkuat kesadaran masyarakat dalam menganalisis apakah hal tersebut dapat dipercaya kebenarannya atau tidak. Dan yang kedua diperlukan jiwa pengontrol dari masyarakat penggunanya sendiri. Jika isinya tidak masuk akal maka pemabaca harus mampu memperbaikinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H