Sekarang ini demonstrasi mahasiswa bukan bertindak untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan rakyat, tatkala aksi demonstrasi malah merugikan rakyat dengan pengrusakan terhadap fasilitas umum, kemacetan lalu lintas, dan lain sebagainya. Kesadaran kritis yang seharusnya dimiliki oleh para mahasiswa yang menyebut diri mereka sebagai kaum aktivis ini pun terdegradasi. Krisis identitas pun terjadi. Jika daya kritis mahasiswa tumpul maka apa arti perjuangan itu? Apa makna demonstrasi itu? Atau hanya sekedar teriakan-teriakan kosong belaka?
Menurut hemat saya, mahasiswa yang mengaku dirinya sebagai kaum aktivis saat ini kurang memahami apa yang sebenarnya ia perjuangkan. Seharusnya perlu disadari bahwa gerakan mahasiswa yang berwujud dalam demonstrasi tidak semata-mata perjuangan moral tetapi saat ini sudah menjelma menjadi perjuangan politik. Pemahaman yang kurang ini didasari pula lemahnya daya kritis dan kurangnya wawasan dalam melihat realitas yang sebenarnya.
Kepentingan politik terselubung juga tak kalah menyudutkan identitas mahasiswa sebagai seorang yang idealis. Sudah menjadi rahasia umum, bisa dihitung demonstrasi yang benar-benar murni dari gagasan mahasiswa bukan sekedar isu titipan yang dimobilisasi oleh partai-partai politik.
Demonstrasi mahasiswa perlu dikoreksi
Memang benar dalam sejarah perubahan rezim, peran mahasiswa tidak diragukan. Ia menjadi motor penggerak arah perubahan yang cita-citakan untuk menyejahterakan rakyat. Walaupun begitu, aksi atau demonstrasi mahasiswa tersebut masih harus dikoreksi. Bukan tidak terdapat kekurangan dan kegagalan yang pernah dirintis oleh para pendahulu. Mereka juga banyak membuat kesalahan. Seperti yang ditulis oleh Denny J.A, gerekan mahasiswa era 80-an yang mengalami kegagalan karena tidak menyadari bahwa gerakan mahasiswa pertama-tama adalah gerakan politik.
Pramoedya Ananta Toer pernah mengatakan bahwa keberanian mengoreksi segala kekurangan dan kekeliruan yang mencolok menjadi modal utama bagi generasi muda sekarang. Bisa saja dibuat daftar kekurangan atau kekeliruan angakatan-angkatan terdahulu yang kalian perlu koreksi. Tanpa keberanian mengoreksi, kalian hanya akan diperlakukan sebagai ternak belaka: dibohongi, digiring kesana kemari atau bisa saja digiring ke pembantaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H