Mohon tunggu...
Faisal Susandi
Faisal Susandi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Hai, Saya seorang peminat hobi berpetualang di alam dan bidang kepenulisan. Saya suka bercerita dan mendengarkan. Berpuisi dan berdialog adalah kemampuan tersembunyi saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Pengakuan

13 September 2023   09:03 Diperbarui: 13 September 2023   09:51 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Download a pic Donate a buck! ^: https://www.pexels.com/photo/silhouette-of-person-sitting-beside-body-of-water-54379/ 

"Kau bisa menuliskannya dalam sanubariku, kau bisa menyuarakanya melalui senaraiku, aku bisa melukiskannya dengan tinta-tinta emasku, kau bisa menumbuhkannya dengan kaktus-kaktusku. Kau bisa apapun denganku." balasnya.

"Jika aku mampu, aku akan lakukan semuanya tapi aku tidak. Aku hanya bisa menangis dalam kegelapan dan kehujanan, aku hanya bisa bermonolog dalam metafora dan diksi, aku hanya bisa terus bernafas untuk merasakan kehangatan, kedekatan, kelembutan meski setelahnya aku akan dihujani kesakitan." tulisku yang semakin terisak tangis dan deburan ombak menutupi eranganku pada kesakitan ini.

"Dia masih mencintaimu?" tulisnya.

"Entahlah, meskipun dia tak lagi namun aku masih dan selamanya. Bagaimanapun hari akhirku hanya akan ada dia. Aku ingin mengucapkan ini padanya: Ki, maaf aku lancing biasaya aku memanggilmu dengan awalan kak. Sebuah pengakuanku, Aku mencintaimu ketika Allah mengizinkanku mengenalimu, hingga saat dimana orang lain ingin aku mengikhlaskan mu dan membiarkanmu hidup bahagia dengan makhluk yang Allah pilihkan." balasku saat air mata mengering dan aku masih menangis.

"Apakah kau? yang mampu bertahan hingga kini dengan luka dihatimu, beban hidup di pundakmu, kekejaman dunia di kaki mu." tulisnya.

"Apkah aku? Manusia yang pernah bersayap indah lalu diriku sendiri yang memotong sayap tersebut. Seakan terbang bersama bukanlah sesuatu yang indah. Itu." tulisku bergetar bahkan berdiri saja ku tak mampu.

"Jangan bertanya lagi, karena aku ingin pulang dan kembali bersujud pada-Nya. Akan terasa sangatlah murah harapan-harapanku jika aku harus melewatkan sepertiga malamku." aku bergumam sembari memegangi dadaku yang terasa sesak menjejal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun