Mohon tunggu...
Fiola Anglina Wijono
Fiola Anglina Wijono Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa aktif di Universitas Pelita Harapan batch 2017

Bernafas dengan menulis, mengisi nutrisi dengan menari!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lika-Liku Kehidupan Budak Patriarki

22 Juni 2019   17:30 Diperbarui: 22 Juni 2019   18:21 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara Telaga ingin dapat memahami hidup dan menemukan kebahagiaannya sendiri melalui cintanya dengan Wayan sekalipun lelaki itu bukan berasal dari kaumnya (hlm. 154). Belum lagi saat melihat seorang Ida Bagus Ngurah Pidada yang adalah seorang Brahmana namun hidupnya tidak sungguh-sungguh mencerminkan kastanya. Sepanjang cerita yang tersebar dalam buku ini, karakter Ngurah Pidada akhirnya dinyatakan secara gamblang bahwa 

"Laki-laki itu benar-benar memiliki ciri khas binatang! Kelaparannya tidak pernah kering, dan selalu membiarkan wujud manusianya dikalahkan wujud kebinatangannya." (hlm. 83). 

Poin penting lainnya yang dapat terlihat melalui buku ini yaitu tuntutan yang harus dipenuhi sebagai seorang perempuan yang terlahir dalam masyarakat berkasta juga menjadikan perempuan sebagai korban. Setiap perempuan harus mengorbankan harapan dan cita-citanya yang murni demi keberlangsungan hidupnya di atas pulau Dewata. Pengorbanan ini dapat dilihat melalui karakter yang dimiliki oleh setiap perempuan Bali yang ada dalam buku ini.

Sementara seseorang yang menghidupi kastanya dengan sungguh-sungguh akan terlihat dari bagaimana responsnya saat dihadapkan pada sebuah permasalahan dalam hidupnya. Sejauh apapun jalan yang ditempuh Kenanga, dia tetaplah Sekar sebab dia tidak membiarkan dirinya ditempa oleh hidup itu sendiri. Dia tetap tidak mengizinkan hidup memberikannya pengajaran agar menjadi seseorang yang lebih baik, sesuai dengan kastanya (Sudra). 

Sedangkan Telaga membiarkan dirinya terlepas dari kasta yang dimilikinya, namun berusaha untuk memberi respons yang sesuai dengan kastanya (Brahmana). Namun bagi Okarus, tidak banyak perempuan Bali yang mau untuk mengambil langkah seperti yang dilakukan oleh Telaga. Memang tidak mudah, karena kebahagiaan tidak dapat dinilai harganya dan tidak dapat dibeli dengan cara apapun. Okarus ingin memperlihatkan bahwa melalui pilihan dan respons yang kita ambil, kita akan menentukan arah dan arti hidup itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun