Sama seperti ucapan Barnas, kita sering merasa ‘tertarik’ dengan kebingungan kita sendiri saat melihat sebuah sulap. Meski kita tahu bahwa setiap pesulap sama seperti Pesulap Bertopeng, selalu punya rahasianya sendiri, kita seolah tersihir untuk ‘masuk’ dalam kejutan dan ‘keajaiban’ sulap.
Saat kita masuk dan kebingungan dengan sulap maupun jalan cerita film ini, hadirlah konsep strukturasi secara tidak langsung.
Vincent Mosco dalam sebuah wawancara menjelaskan bahwa strukturasi adalah konsep yang muncul saat orang membuat ‘sejarah’ (wacana) bukan atas kehendaknya sendiri. Hal itu terjadi sebab ada pihak lain yang disebutnya sebagai agen sebuah struktur.
Jika dilihat dari relasi film dengan penonton, kita dapat memahami bahwa ada wacana ‘keajaiban’ dan kebingungan yang muncul.
Dalam sebuah wawancara, sutradara Faozan melihat bahwa sulap itu sama dengan dunia sinema.
“Dunia magis dan dunia sinema adalah dua dunia yang bisa membuat saya hidup dalam dunia imajinasi saya sendiri. Walaupun penuh kebingungan, tapi intinya bagaimana kita harus percaya. Jadi mari kita rayakan kebingungan ini,” jelas Faozan pada Berita Satu.
Dengan demikian, agen strukturasinya adalah film yang berkisah dunia sulap sebagai ‘pembuat keajaiban’ dan kebingungan. Sementara itu, penonton film menjadi orang yang ‘dibingungkan’ dengan jalan cerita.
Namun, pada intinya film ini menampilkan dunia sulap yang diibaratkan sutradara sama dengan dunia sinema. Pada titik ini, film Abracadabra melanggengkan wacana bahwa sama seperti sulap, film juga mampu jadi wadah imajinasi pembuatnya. Imajinasi itu menyebabkan pembuat film dapat berkreasi sesuai gayanya dan penonton dibebaskan menerka jalan cerita film.
Sulap dan Sinema
Sama seperti saat kita menonton sulap yang sulit dicerna logika namun dinikmati, begitu pula saran saya jika kamu kebingungan dengan film ini.