Di antara sekian banyak film Hollywood yang menghadirkan figur Asia, ada beberapa penokohan yang umum kita kenal. Misalnya, ahli bela diri? Yap. Perempuan berbahaya dan misterius? Kutu buku? Gangster? Yap, yap, yap.
Penggambaran semacam ini cenderung mempertegas bahwa sosok Asia itu eksotis, sensual dan menggoda, pelanggar hukum, hingga budaya yang feminin dan kekanakan (Benshoff & Griffin, 2009).
Namun, The Farewell yang diproduksi perusahaan Amerika ini cukup autentik dan segar dalam merepresentasikan etnis Tionghoa.
Dengan seluruh tokoh yang adalah orang keturunan asli Cina, Lulu Wang sang sutradara Asia-Amerika mengangkat kisah nyata yang ia alami sendiri.
Tidak ada gangster, pekerja prostitusi, ahli bela diri, atau pun sosok dragon lady dalam film ini. Hanya ada nai nai dan anak cucunya, termasuk Billi.
Lengkap dengan dialog yang 75-80%-nya berbahasa Mandarin, film ini dinilai cukup berhasil menyegarkan representasi etnis Tionghoa.
“…many netizens have opined that the film seems far more relatable to them than the glitzy, high-flying world of 2018’s “Crazy Rich Asians.”—Sixth Tone, media online Cina (2020).
Meski demikian, tak menutup kenyataan bahwa film ini masih disebut “terlalu Amerika” oleh sebagian orang. Dalam wawancara dengan Now This (2019), Lulu mengakui bahwa pengarahan film ini tentu tak lepas dari perspektifnya sebagai orang Amerika.
Representasi yang Umum
Bila diperhatikan, kebaruan representasi etnis ini juga mengajak kita, masyarakat umum, berefleksi dengan kebiasaan yang kita anut, apapun etnisnya. Dibuka dengan kalimat “based on actual lie”, setidaknya ada dua poin yang menunjukkan maksud satir film ini.