Mohon tunggu...
Frederica Nancy
Frederica Nancy Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Hi! Salam kenal dari saya yang tengah belajar dan menari dalam dunia komunikasi massa-digital!

Selanjutnya

Tutup

Film

"Forever My Girl" and The Wedding Film

16 September 2020   21:58 Diperbarui: 20 Oktober 2020   19:20 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tangkapan layar pribadi

"...but the protagonists must always face and try to overcome a set of obstacles before gaining the prize."--Costanzo (2014).

Liam membutuhkan usaha untuk menebus kesalahannya pada Josie, sang anak, dan keluarga yang ia tinggalkan tanpa penjelasan. Di lain pihak, Josie memerlukan waktu delapan tahun untuk kejelasan dari Liam sebelum akhirnya mereka bahagia bersama.

Selanjutnya, kita akrab mendengar bahwa kebahagiaan pernikahan tidak hanya melibatkan dua individu, tapi juga keluarga bahkan komunitas.

Misalnya, keakraban warga St. Augustine, Louisiana yang berkumpul dalam upacara pernikahan hingga bagaimana mereka sempat tampak ‘enggan’ dengan kembalinya Liam yang tiba-tiba.

Keempat, perjalanan menuju ‘altar kebahagiaan’ itu, menurut Costanzo (2014, h. 153) lekat ditampilkan dengan ritual pernikahan ala Amerika, seperti kerudung, gaun, hingga cincin sebagai lambang bersatunya dua insan.

“he in a new tux and top hat, she in a modest but resplendent white gown... The church pulsates with excitement and solemnity. Both sides of the aisle, festooned with flowers and candles, are filled with family and friends... There is the exchange of vows, the token rings, the kiss, the audience’s sighs, and then the organ breaks...”— Costanzo (2014).

Dari kriteria tradisi pernikahan di atas, kita tahu bahwa hanya iringan musik organ yang diganti dengan soundtrack Finally Home saat Liam dan Josie resmi menjadi sepasang suami istri.

Sumber: tangkapan layar pribadi
Sumber: tangkapan layar pribadi
Oiya, FYI kalau Anda bertanya, "Kok satu film bisa dua genre?"

Jawaban sederhananya ialah genre itu progresive dan terus berubah sehingga memunculkan hybridisation (hibridisasi).

"Genre is a constant process of negotiation and change."-- David Buckingham

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun