Mohon tunggu...
Frederica Nancy
Frederica Nancy Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Hi! Salam kenal dari saya yang tengah belajar dan menari dalam dunia komunikasi massa-digital!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ini Bedanya Penulisan di Media Tradisional (Analog) dan di Media Digital

14 September 2020   14:02 Diperbarui: 5 Desember 2020   00:43 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyebut kata digital,  Anda mungkin akan bertanya atau lekas membandingkannya dengan media cetak (analog/ tradisional). 

Mengacu pada argumen Brian Caroll pada buku Writing for Digital Media, konteks penulisan digital merujuk pada aktivitas menulis konten di website. Sementara itu, penulisan di media analog berbasis pada penulisan media cetak.

Lantas apa saja yang menjadi perbandingan karakteristik kedua jenis media ini dalam aktivitas menulis?

Perbandingan Media Tradisional dan Digital (Caroll, 2010, h. 24-31)

1. Kecepatan

Informasi yang dapat disebarkan melalui website dapat membuat khalayak semakin cepat menerima informasi terbaru ketimbang media tradisional. Alhasil, toleransi terhadap kesalahan semakin besar, breaking news, dan kecepatan penyampaian informasi pun kian memperbesar kemungkinan munculnya rumor dan desas desus.

2. Proximity 

Konsep kedekatan yang dibangun dalam penulisan digital juga kian berkembang. Ketimbang media cetak tradisional yang cenderung sebatas kedekatan geografi, penulisan digital dekat dengan afiliasi, profesi, dan minat masyarakat. Khalayak kian mengharapkan sesuatu ‘yang lebih’ sebab medium yang digunakan dianggap dapat mengakomodir banyak hal.

3. Efisiensi

Selain itu, penulisan digital juga kian diminati masyarakat lantaran efisiensinya. Pemicunya ialah sirkulasi informasi yang dapat ditambahkan, dihapus, hingga diperbarui hampir setiap waktu. Secara ekonomi, tentu itu lebih menguntungkan daripada penulisan buku yang memakan waktu berbulan-bulan hingga tahunan.

Untuk sebuah publikasi media cetak, biaya yang dikeluarkan cukup besar dibandingkan jika dipublikasikan di website. Interaktivitas dan sifat non-linier media digital juga berperan menentukan apakah khalayak akan membaca suatu tulisan atau tidak.

4. Bias Informasi

Konsep ini berkaitan dengan semakin banyaknya perspektif penulis yang terlibat dalam penulisan-penulisan blog. Sementara itu, penulisan di media tradisional (analog) cenderung mengikuti model objektivitas jurnalistik.

5. Kredibilitas

Dilihat dari aspek ini, pentingnya peran penulis sebagai communicator, organizer, dan, interpreter akan menentukan kredibilitasnya.

Besarnya kemudahan dalam penerbitan website, membuat kredibilitas sumber berita sering menjadi masalah.

Philip Meyer melihat dua dimensi kredibilitas sebuah tulisan:

  • Believability (berdasarkan gagasan bahwa berita harus akurat, tidak bias, dan lengkap)
  • Community Affiliation (mencakup organisasi berita dalam upaya mempersatukan dan menuntun komunitas yang dilayaninya dengan adanya upaya yang membutuhkan harmoni dari berbagai perspektif).

6. Readibility and Scan-ability

Jika pengalaman membaca online sudah berbeda, demikian pula penulisan online pun juga berbeda.

Keringkasan menjadi poin yang paling penting bagi pengguna website, khususnya mobile-user dengan layer smartphone yang relatif kecil. Menurut Rachel McAlphine, pengguna internet cenderung tidak sabar sehingga tiap penulis digital diminta untuk, “switch from ‘think paper’ mode to ‘think Web’ mode."  Konteks dan tujuan penulisan harus jelas sebab pembaca online biasanya mencari informasi yang spesifik sesegera mungkin ketimbang media tradisional.

Selain itu, proses membaca melalui komputer cenderung melelahkan ketimbang membaca di kertas. Akibatnya, Anda perlu mengantisipasi kondisi ini dengan menghadirkan bacaan yang lekas dapat dipindai. Oleh sebab itu, tulisan digital membutuhkan petunjuk, penunjuk arah, dan highlight.

Jika ada banyak informasi yang ingin ditampilkan, konten harus disusun berlapis (layered). Tulisan diatur dengan tujuan scan-ability. Pembaca online cenderung memindai apa yang perlu dicari sehingga layering akan membantu Anda membaca informasi sebanyak atau sesedikit yang dibutuhkan.

Lapisan informasi akan terdiri dari:

  • Judul (headlines), diikuti kemunculan sub-judul
  • Teaser (‘penggoda’) dan lead-ins (pengantar rangkuman)
  • Paragraf-paragraf berisi ringkasan singkat
  • Visual, grafis, dan foto
  • Cerita terkait
  • Link terkait.

Selanjutnya Jakob Nielsen merekomendasikan beberapa hal yang dapat meningkatkan “­scan-ability”:

  • Penyorotan kata kunci (highlighted key words)
  • Penggunaan hypertext
  • Variasi jenis huruf
  • Penggunaan warna
  • Sub-judul
  • Penggunaan daftar berpoin
  • Satu gagasan satu paragraf
  • Penyajian informasi dalam piramida terbalik
  • Keringkasan (dibanding tulisan konvensional).

emaze.com
emaze.com
Setelah memahami perbedaan penulisan digital dan analog, Anda perlu memahami peran seorang penulis digital hingga bagaimana caranya mengembangkan konten penulisan digital.

Peran Penulis Digital

1. Communicator of message. 

Penulis di website diharapkan dapat membuat pesan yang cerdas, menghibur, provokatif, dan menarik;

2. Organizer of information.

Penulis website akan membantu para Anda memahami informasi yang disajikan;

3. Interpreter.

Pesan harus dirangkai dalam cara penyampaiannya dan penulis harus meminimalisir kelemahan tiap tulisan yang ada.

Pengembangan Tulisan Media Digital

Cara Media Digital Meningkatkan Kredibilitas

Dirangkum dari Writing for Digital Media (2010), ada beberapa elemen yang dapat mendorong khalayak percaya pada suatu situs dan kontennya:

  • Penggunaan yang mudah
  • Desain situs yang ramah pengguna
  • Grafis yang berkualitas baik
  • Penulisan yang baik
  • Informasi kontak yang lengkap
  • Adanya ahli di masing-masing subjek
  • Adanya hypertext, mengarahkan ke situs website yang relevan

Laboratorium riset Stanford menambahkan sejumlah  karakteristik media digital yang kredibel, di antaranya:

  • Terbukti bermanfaat bagi pengguna;
  • Dibuat oleh organisasi yang dikenal baik;
  • Memberikan respons yang cepa tatas tiap pertanyaan;
  • dsb.

Selain itu, ada website yang dikategorikan memiliki kredibilitas rendah. Misalnya, website yang hanya diperuntukkan keuntungan komersial dan website yang impresinya, baik nyata atau tidak, diproduksi oleh amatir.

Paket Cerita Media Digital

Editor online akan berusaha untuk menyajikan ‘paket cerita’ dengan menghubungkan poin-poin yang saling berkaitan ketimbang membuat artikel atau cerita. Tujuannya adalah membuat situs yang menarik secara intelektual dan visual dalam menyampaikan sebuah cerita.

Sebagai contoh, http://www.chaunceybaileyproject.org/, adalah hasil kolaborasi jurnalis San Fancisco Bay Area, organisasi media, dan departemen jurnalistik universitas.

Poynter Institute menemukan beberapa hal yang dapat membantu Anda membuat konten dan lay out-nya pada halaman website. Berikut beberapa sampling yang Eyetrack temukan (Caroll, 2010, h. 34):

  • Headline

Judul yang dominan lebih menarik daripada foto saat pembaca membuka situs digital, apalagi jika ditempatkan di kuadran kiri atas website. Judul yang kecil biasanya dibaca lebih banyak sedangkan judul yang besar lebih banyak hanya dipindai. 

  • Linking

Setiap penulisan cetak punya struktur yang jelas sedangkan hypertextual tidak sehingga tiap tulisan harus berdiri mandiri. Sebagai penulis website, Anda sedang membangun sebuah rumah, bukan hanya menarasikan awal, tengah, dan akhir cerita.

“One of the mistakes inexperienced Web writers make is to assume that everyone enters a site through the home page… Each page should be able to stand on its own as independent, self-contained content that does not require readers to only access a Web site through a prescribed sequence."

Kehadiran link akan membantu jumping-off points tiap topik tulisan ke informasi terkait. Ada tiga alasan pentingnya penggunaan tautan ke artikel terkait topik tulisan Anda (Caroll, 2010, h. 39), yakni:

  • To provide attribution
  • To provide context for your article
  • To reward readers with something extra or another dimension to the story.

“We should link to related content to allow the reader to pursue the subject rather than simply moving to the next story."

Hanya saja, jika ingin menulis online, Anda perlu mempertimbangkan kapan, bagaimana, dan di mana memberi tautan dalam tulisan. Pertimbangkan tautan tidak akan sembarangan dan malah berakhir tidak membaca tulisan Anda.

Perhatikan situasi teks yang Anda gunakan untuk memberi tautan. Periksa kembali link dan alamat tujuan link tersebut agar tidak membingunkan pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun