Mohon tunggu...
Karyadi Ch
Karyadi Ch Mohon Tunggu... -

Karyadi Ch merupakan Exclusive Trainer pada Lembaga Pengembangan SDM ( Focus Mind Education ) Hipnotherapist, Motivator juga Pemperhati Masalah Pendidikan & Sosial\r\nhttp://fmekendal.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Pilu Seorang Anak

29 April 2012   09:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:58 2025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang ayah dan ibu Dita bagaikan tersambat petir , tertunduk dan sangat sedih sekali mendengar keterangan dokter. Seakan dunia berhenti berputar, hati dan pikiran mereka di hinggapi rasa bersalah dan penyesalan yang luar biasa,  tapi apa mau di kata .Sang ibu menangis meraung raung sambil mendekap si anak. Dengan berlinang air mata dan perasaan yang begitu pedih sang ibu mendampingi suaminya menandatangani surat persetujuan amputasi dengan tangan gemetar.

Singkat cerita, selesai di amputasi, ketika pengaruh obat bius-nya hilang, Dita menangis kesakitan menahan nyeri dan keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya wajah ayah dan ibunya, juga wajah pembantu rumahnya sambil mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam kondisi menahan sakit dan berlinang air.mata Dita bersuara lirih: “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita nggak mau dipukul ayah lagi…. Dita nggak mau jahat lagi… Dita sayang ayah…Dita sayang ibu”, Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya berulang kali membuat sang ayah , ibu dan juga pembantu tidak kuasa menahan tangis .

“Ayah.. kembalikan tangan Dita…. untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi!, bagaimana caranya kalo Dita mau makan dan minum nanti?…Bagaimana kalo Dita mau bermain nanti?…. Dita janji tidak akan mencoret coret mobil ayah lagi, ” kata Dita merengek rengek membuat hancur hati ayah dan ibu Dita mendengar permohonan anaknya. Namun ibarat nasi sudah jadi bubur kedua orang tua Dita hanya dapat menangisi dan menyesali kenyataan yang di alami sang buah hati. Akhirnya si cantik Dita hidup tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya harus dipotong meski sudah berulang kali minta maaf……..   Semoga dapat kita diambil hikmahnya.

http://fmekendal.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun