Mohon tunggu...
Ruziqna
Ruziqna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo. Akun ini akan digunakan untuk berbagi konten seputar parenting. Enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Toleransi Emosi Positif pada Pengambilan Keputusan

10 Oktober 2022   09:16 Diperbarui: 10 Oktober 2022   09:29 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang berkebalikan terjadi pada emosi negatif. Emosi negatif dipercaya mempersempit atensi dan kognisi seseorang. seseorang dengan emosi negatif biasanya mendorong munculnya tindakan tertentu, seperti berkelahi atau berlari menyelamatkan diri (Conway dkk., 2013). Emosi negatif berhubungan dengan kelangsungan hidup dan menyulitkan seseorang untuk memikirkan banyak hal di luar dari situasi yang sedang dihadapi. Maka dari itu, emosi negatif membantu adaptasi pada keadaan yang mengancam untuk mendapatkan keamanan (Garland dkk., 2010).

Bagaimana mekanisme emosi mempengaruhi perilaku?

Ilustrasi pasangan yang sedang diliputi emosi marah (sumber: www.istockphoto.com/id/portfolio/fizkes)
Ilustrasi pasangan yang sedang diliputi emosi marah (sumber: www.istockphoto.com/id/portfolio/fizkes)

Emosi digambarkan sebagai sistem yang berkaitan dengan kognitif, perilaku, dan mekanisme somatik. Emosi dapat dilihat sebagai sistem yang mengatur dirinya sendiri apakah memaksimalkan atau memelihara dirinya sendiri. Misalnya, seseorang yang merasa kehilangan akan merasakan kesedihan dan perenungan terhadap kesedihan tersebut. Hal ini akan membuatnya merasa lelah dan menarik diri dari lingkungan. 

Perilaku ini dapat mengakar ketika seseorang cenderung memunculkan kesedihan yang konsisten ketika mengalami kehilangan serupa. Hal ini akan membuatnya kekurangan kontrol diri dan pada akhirnya menghasilkan keyakinan yang negatif pada dirinya. 

Kesedihan, penarikan diri, dan keyakinan negatif akan menciptakan spiral (pilin) yang semakin ketat sehingga memungkinan individu mengalami depresi, putus asa, dan perilaku merusak diri. Hal ini disebut sebagai fenomena spiral ke bawah (downward spiral) (Garland dkk., 2010).

Emosi positif juga menciptakan spiral serupa, namun arahnya ke atas (upward spiral). Hal ini karena emosi positif mengarah pada fungsi optimal dan keterbukaan sosial. Menurut Fredrickson, (2003), seseorang yang mengalami emosi positif akan mengarahkannya pada keadaan pikiran dan perilaku yang memiliki efek jangka panjang di masa yang akan datang. 

Upward spiral dari emosi positif lebih dari sekedar merasa baik, tetapi muncul efek jangka panjang lainnya. Misalnya perhatian menjadi lebih fokus, ikatan persahabat yang baik, ketahanan dan optimisme dalam menghadapi kesulitan, kemampuan untuk pulih yang lebih baik (Vacharkulksemsuk & Fredrickson, 2013).

Dapatkah emosi dikontrol?

Ilustasi relaksasi untuk menenangkan pikiran (sumber: www.istockphoto.com/id/portfolio/fizkes)
Ilustasi relaksasi untuk menenangkan pikiran (sumber: www.istockphoto.com/id/portfolio/fizkes)

Emosi yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikontrol. Upaya tersebut dilakukan dengan cara meregulasi emosi. Regulasi emosi adalah upaya untuk mempengaruhi emosi dalam diri sendiri atau orang lain (McRae & Gross, 2020). Regulasi emosi sangat penting karena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun