Hal yang berkebalikan terjadi pada emosi negatif. Emosi negatif dipercaya mempersempit atensi dan kognisi seseorang. seseorang dengan emosi negatif biasanya mendorong munculnya tindakan tertentu, seperti berkelahi atau berlari menyelamatkan diri (Conway dkk., 2013). Emosi negatif berhubungan dengan kelangsungan hidup dan menyulitkan seseorang untuk memikirkan banyak hal di luar dari situasi yang sedang dihadapi. Maka dari itu, emosi negatif membantu adaptasi pada keadaan yang mengancam untuk mendapatkan keamanan (Garland dkk., 2010).
Bagaimana mekanisme emosi mempengaruhi perilaku?
Emosi digambarkan sebagai sistem yang berkaitan dengan kognitif, perilaku, dan mekanisme somatik. Emosi dapat dilihat sebagai sistem yang mengatur dirinya sendiri apakah memaksimalkan atau memelihara dirinya sendiri. Misalnya, seseorang yang merasa kehilangan akan merasakan kesedihan dan perenungan terhadap kesedihan tersebut. Hal ini akan membuatnya merasa lelah dan menarik diri dari lingkungan.Â
Perilaku ini dapat mengakar ketika seseorang cenderung memunculkan kesedihan yang konsisten ketika mengalami kehilangan serupa. Hal ini akan membuatnya kekurangan kontrol diri dan pada akhirnya menghasilkan keyakinan yang negatif pada dirinya.Â
Kesedihan, penarikan diri, dan keyakinan negatif akan menciptakan spiral (pilin) yang semakin ketat sehingga memungkinan individu mengalami depresi, putus asa, dan perilaku merusak diri. Hal ini disebut sebagai fenomena spiral ke bawah (downward spiral) (Garland dkk., 2010).
Emosi positif juga menciptakan spiral serupa, namun arahnya ke atas (upward spiral). Hal ini karena emosi positif mengarah pada fungsi optimal dan keterbukaan sosial. Menurut Fredrickson, (2003), seseorang yang mengalami emosi positif akan mengarahkannya pada keadaan pikiran dan perilaku yang memiliki efek jangka panjang di masa yang akan datang.Â
Upward spiral dari emosi positif lebih dari sekedar merasa baik, tetapi muncul efek jangka panjang lainnya. Misalnya perhatian menjadi lebih fokus, ikatan persahabat yang baik, ketahanan dan optimisme dalam menghadapi kesulitan, kemampuan untuk pulih yang lebih baik (Vacharkulksemsuk & Fredrickson, 2013).
Dapatkah emosi dikontrol?
Emosi yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikontrol. Upaya tersebut dilakukan dengan cara meregulasi emosi. Regulasi emosi adalah upaya untuk mempengaruhi emosi dalam diri sendiri atau orang lain (McRae & Gross, 2020). Regulasi emosi sangat penting karena