"Loh, ngapa bubar, Pak?"
"Ya merga  nggak isa nyatu.  Gak nyatu  antarane apa  yang dipikirkan dan apa  yang dilakukan! [karena nggak bisa menyatu, antara apa yang dipikirkan dan apa yang dilakukan]"
"Maksudnya?"
"Kowe ki gak ruh, apa gak ngerti, apa wis ruh tapi purak-purak gak ngerti, Cak [kamu ini nggak tahu, atau nggak ngerti, Â atau sudah tahu tetapi pura-pura nggak ngerti]?"
"Apa kumpulan kae ta Pak?"
"Iya."
"Sak ngertiku, kumpulane apik-apik, Pak.  Wonge saleh-saleh, Pak  [setahu saya,  kumpulannya bagus, orangnya saleh-saleh]."
"Apa sing katon, apa sing mbok ngerteni, durung mesti tulus, tutus, tatas tembus ati [apa yang kelihatan, yang kau ketahui, belum tentu tulus, jujur, keluar dari lubuk hati yang terdalam]."
"Oh, gitu ya Pak?"
"Iya."
"Apa karena ada udang dibalik batu, Pak?"