Bukan penduduk Jakarta, apalagi Solo
“Loe, bukan penduduk Jakarta apalagi Solo, ngapain menulis, singung-singgung,dukung-dukung Jokowi?”[3] kata sahabatku. Justru karena saya bukan penduduk di dua kota tersebut, maka saya mempunyai kebebasan dalam cara pandang.
Harap maklum, jaman sekarang ini dikit-dikit sentimen hidup itu selalu ada. Entah sentimen agama, sentiment ras, sentimen budaya dll. Jika saya penduduk di salah satu kota tersebut, hm….bisa-bisa ramai, lalu apa kata dunia?Kalau saya orang Solo, nanti dikomentari “Halah…padune mung arep njaluk ‘roti lan kursi’ je…” (hanya ingin minta jatah “roti dan kursi” – kekuasaan – pun). Kalau saya orang Jakarta, "Emang Loe mau minta graatisan nge-Transjakarta ya?"
Saya mengibaratkan diri sebagai tukang pandang, dalam kapasitas tulisan ini. Kita pasti juga mengerti, pemandangan di lereng gunung (mis. gunung Merbabu, Singgalang) itu jauh lebih indah, lebih menarik jika dilihat dari jauh.Begitu kita mendaki gunung tersebut, mendakinya, wow…ada banyak duri, kerikil, bahkan jurangpun ada. Memandang Solo dan Jakarta, akan"lebih syahdu" jika saya "mengambil jarak" daripadanya. Tak melekat namun tak juga tak berfusi. Itulah yang saya maksudkan sebagai tukang pandang.
Menulis yang perlu (perubahan)
So, apa salahnya saya menulis apa yang perlu saya tulis? Toh, tulisan saya ini tidak terus-langsung mengubah situasi - kondisi yang dipaparkan oleh Paulinus Yan Olla, bahwa:
“Makin sedikit atau bahkan tidak ada pemimpin negara, birokrat, dan politisi yang rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan rakyat. Kejujuran, rasa malu, dan rasa bersalah absen kendati kebijakannya mengkhianati publik. Kesejahteraan rakyat dirampok dan kekuasaan untuk sebesar-besarnya kemakmuran penguasa.”
Andaikan perubahan itu terjadi ya….wallahu a’lam bissawab, sejatine Allah sing mahapirsa, sebenarnya Allah yang mahatahu. Itulah yang kita harapkan.
[1] Paulinus Yan Olla MSF, “Membangun Keutamaan Publik”, dalam KOMPAS, Senin, 3 September2012, hal. 6.
[2]Ken Blanchard, 2001, Hati Seorang Pemimpin (The Heart of A Leader), Batam: Interaksara, hal. 18.
[3]Email seorang sahabat yang sangat baik, tanggal 3 September 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H