"Keputusan final ada di bendaharalah...." Kataku.
"Mas, ingin tas ini?"
"Ya..." Kataku.
"Lihat..." Kata istriku seraya menunjukkan harga tas itu.
Saya terperangah, setengah tak percaya melihat harga yang tertera di situ, 2.999.000. Dua juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah.... Alias, tiga juta kurang seribu. Saya ngakak..... (beberapa orang yang yang ada di sekitarku tersenyum). Duh, kelihatan ndesoku. Prima cuma memandangku agak bengong nggak ngerti. Lalu kulihat tas yang lain, waduh rupanya ada yang 6 juta, ada yang 11 juta lima ratus..... Olala, alangkah kupleknya diriku.
"Mas, belilah barang yang sungguh kau butuhkan. Dan barang itu sangat mendesak".
"Siap mama...."Â Kataku. Deth mencubitku. Biyuh....biyuh.
Kebutuhan dan Keinginan
Aku pergi meninggalkan pajangan tas yang harganya ber-jut-jut itu, seraya menggandeng tangan Prima dan mamanya. Di perjalanan pulang aku cuma senyam - senyum mendengar kata-kata istriku yang amat mengancing nuraniku. Memang aku sebenarnya belum begitu membutuhkan tas tersebut. Kenyataanya ranselku ini juga masih bagus, kuat, walau sedikit kusam [sudah tujuh tahun].
Angka 2.999.000 mengingatkanku akan kata - kata istriku, "Belilah barang yang sangat kau butuhkan, bukan yang kau inginkan". Berbahagialah Anda yang mempunyai pendamping hidup yang bijak, mampu bertimbang akal secara sehat. Makasih Mam....
Salam Prima.