Lantas bagaimana dengan daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) ?
Berbagai persoalan seringkali memperlambat peningkatan mutu pendidikan nasional, khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal), yang pada kenyataannya berbuah manis dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia. Di daerah 3T masih banyak kita jumpai kondisi di mana anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan pendidikan. Kebanyakan yang putus sekolah belum lagi kurangnya guru, walaupun di sebagian wilayah memiliki persediaan guru lebih akan tetapi bukan dengan daerah 3T. Kurangnya sarana dan prasarana yang kurang memadai. Inilah sederet fakta-fakta yang melingkari wajah pendidikan di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal.
Daerah Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Kupang adalah salah satu contoh daerah 3T yang masih sangat kurang dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak. Di Insana banyak ditemukan fakta-fakta kekurangan pelayanan pendidikan hingga sekarang ini. Misalnya berkekurangan guru, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim, serta biaya pendidikan sangat tinggi.
Sementara itu, di Kupang terlihat kekurangan-kekurangan yang sama seperti di Insana seperti masalah kekurangan guru dan sarana prasarana pendidikan di sekolah yang masih sangat kurang.
Terkait dengan persoalan pemenuhan tenaga pendidik, pemerintah kita (melalui dinas pendidikan) sebenarnya sudah secara khusus telah berusaha memberikan pemenuhan melalui penempatan guru-guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) baru yang ditempatkan di daerah 3T. Tetapi yang sebenarnya terjadi di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan guru yang minder untuk mengajar di daerah 3T dengan beribu-ribu alasan. Menurut Berg (2006) dalam Riza Diah, AK dan Pramesti Pradna P., salah satu faktor yang menyebabkan keengganan para guru untuk mengajar di daerah terpencil atau tertinggal adalah letak sekolah yang sulit dijangkau. Alasan selanjutnya yaitu kurang fasilitas, hiburan dan jalannya melelahkan. Di bangsa Indonesia pada kenyataanya guru yang mengajar di daerah terdepan, terluar dan tertinggal tidak nyaman karena fasilitasnya kurang tercukupi. Selain jauh dari keramaian, fasilitas guru juga tidak terpenuhi oleh pemerintah. Akibatnya kebanyakan guru yang tidak betah dan mengajukan untuk  pindah ke sekolah yang fasilitasnya terpenuhi.Â
Dari berbagai persoalan penyelenggaraan pendidikan di daerah 3t, sebenarnya persoalan tersebut menjadi tanggung jawab bersama dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Masyarakat yang begitu luas, bisa melalui berbagai organisasi masyarakat, NGO dan lain-lain bisa turut berpartisipasi dalam mengatasi berbagai persoalan pelayanan pendidikan di daerah 3t.Â
Maka program pemberdayaan serta penggunaan kapasitas dan kompetensi guru, penyediaan sarana dan prasarana sekolah dan lain-lain adalah program yang bisa membantu ketertinggalan pendidikan anak-anak di Indonesia khususnya daerah 3t. Medco Foundation adalah salah satu lembaga sosial yang bergerak di berbagai bidang terutama di bidang pendidikan, mencoba untuk berperan lebih baik lagi untuk membantu mengatasi persoalan ketertinggalan pendidikan di daerah 3t. Bekerja sama dengan unit usaha Medco Group yang lain, Medco Foundation merintis School Improvement Program yang berusaha memberikan bantuan penguatan kapasitas dan sistem pendidikan di sekolah-sekolah di daerah tertinggal.
Sumber:
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 1., 02 Juni 2012
"Ketertinggalan Pendidikan di Daerah Terpencil | Mediasulsel.com" https://www.mediasulsel.com/ketertinggalan-pendidikan-di-daerah-terpencil/?amp
"Peningkatan Mutu Pendidikan Daerah 3t (Terdepan,terpencil dan Tertinggal) di Kabupaten Mahakam Hulu - Neliti" https://www.neliti.com/id/publications/284861/peningkatan-mutu-pendidikan-daerah-3t-terdepanterpencil-dan-tertinggal-di-kabupa