Mohon tunggu...
Florence Liany
Florence Liany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hambatan dalam Transfer Teknologi

30 Mei 2022   13:26 Diperbarui: 30 Mei 2022   13:36 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.esa.int

Sebelum membahas hambatan dalam transfer teknologi, perlu diketahui, secara singkat saja, beberapa hal terkait dengan pengertian, jenis, dan tujuan dari transfer teknologi. 

Transfer teknologi adalah proses pemindahan teknologi, keterampilan, dari individu/organisasi ke individu/organisasi lainnya yang bertujuan untuk mengubah sebuah penemuan dan hasil penelitian sains ke sebuah produk yang bisa menguntungkan masyarakat. 

Ada dua jenis transfer teknologi, yaitu sebagai berikut: 

  1. Vertical technology transfer (transfer teknologi vertikal) yang merupakan keterkaitan transfer yang meliputi penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan, sampai tahap produksi. Transfer teknologi vertikal juga dikenal sebagai transfer teknologi internal yang dilakukan di universitas, organisasi penelitian, pemerintah, dan lain-lain. 
  2. Horizontal technology transfer (transfer teknologi horizontal) yang terjadi saat teknologi yang digunakan di sebuah organisasi/perusahaan ditransfer dan digunakan di organisasi/perusahaan lain. Jenis transfer teknologi horizontal juga bisa disebut sebagai transfer teknologi eksternal yang biasanya terjadi di antara perusahaanm, bisnis, dan organisasi.

Transfer teknologi memiliki tujuan sebagai berikut: 

  1. Menambah nilai dan daya saing yang lebih tinggi pada perusahaan. 
  2. Mempromosikan perkembangan organisasi.
  3. Menicptakan pengetahuan, produk, dan layanan baru. 
  4. Mempromosikan penelitian dan pengembangan di universitas. 
  5. Menciptakan hal baru dan nilai tambah untuk negara. 
  6. Menarik investor untuk berinvestasi di dalam negeri. 
  7. Menghasilkan kekayaan intelektual juga kekayaan industri. 

Kemungkinan pelaku penelitian pertama dalam hal penghambat transfer teknologi adalah Jung (1980) yang mengembangkan analogi teori lapangan Lewin di Social Science. 

Dalam pelaksanaannya, transfer teknologi tidak mungkin berjalan dengan sangat mulus tanpa hambatan atau halangan tertentu. Pastinya, ada hambatan-hambatan yang menghalangi individu/organisasi untuk memindahkan teknologi tersebut. Berikut adalah hambatan-hambatan transfer teknologi yang sudah dikumpulkan dari beberapa jurnal, artikel, dan buku. 

Mock, pada tahun 1974, mendata ada 26 penghambat untuk mentransfer teknologi. Namun, dari 26 masalah transfer teknologi, Mock mekankan pada beberapa bidang berikut: keuangan, kompetensi, komunikasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan pasar. 

Sharif MN, di buku yang berjudul "Management of Technology Transfer and Development", mengelompokkan penghambat transfer teknologi menjadi empat kelompok, yaitu: 

  1. Organisation-ware: teknik organisasi, prinsip, pengalaman, dan susunan yang mempengaruhi keefektifan penggunaan techinque-ware yang digunakan oleh manusia dan mengharmonisasikan semua semua aktivitas untuk mencapai tujuan yang dicapai.
  2. Information-ware: dokumen, sertifikat yang membimbing, dan code perangkat lunak dan informasi untuk melengkapi potensi dari kekuatan technique-ware, human-ware, dan organisation-ware. Penting juga untuk mengikutsertakan informasi transfer dari sebuah organisasi. 
  3. Technique-ware: peralatan, perlengkapan, dan mesin yang meningkatkan kekuatan dalam menggunakan sumber daya. Technique-ware bisa dilihat sebagai perwujudan dari peralatan fisikal dari teknologi.
  4. Human-ware: kemampuan, pengetahuan, spesialisasi, dan kreativitas manusia. Human-ware bisa dikatakan sebagai tingkat teknologi manusia yang diwujudkan.

Selain hal diatas, di buku yang berjudul "Technology Transfer in Consortia and Strategic Alliances" ditulis bahwa mentransfer teknologi di perusahaan yang berbagi sumber daya ternyata lebih sulit daripada melakukannya di organisasi tradisional. Penghambat transfer teknologi adalah bagaimana mengajak atau memfasilitasi transfer teknologi antar dua organisasi. 

Hal ini menjadi sulit karena ketentuan yang melekat di pengaturan consortium seperti "NIH", yaitu sindrom not invented here (tidak diciptakan disini), waktu transfer, dan tingkat kesulitan dari inti pengetahuan yang terlibat.

NIH merupakan salah satu penghambat yang paling umum ditemui karena manajer consortia, ketika sedang menjelaskan solusi dari sebuah situasi di mana ada kemungkinan berkembangnya persaingan di antara consortium dan peneliti dari perusahaan, peneliti perusahaan berkemungkinan untuk menolak pembahasan tersebut sehingga berkembang istilah NIH. 

Waktu transfer yang berkaitan dengan NIH juga merupakan penghambat kegiatan transfer teknologi. Ketika manajer consortia sudah melakukan wawancara dan kemudian mentransfer informasi ke perusahaan tanpa persiapan dari perusahaan penerima, hasil wawancara tidak akan digunakan karena perusahaan tidak menyelenggarakan penelitian yang dilakukan oleh consortia yang kemudian menyebabkan peneliti perusahaan tidak memasukkan penemuan tersebut ke proyek penelitian. 

Yang ketiga adalah fungsi dari kesulitan dari pengetahuan dan teknologi. Hasil penelitian di consortia tidak mudah dipindahkan ke laporan atau melalui panggilan telepon. Informasi semacam itu akan sulit ditransfer melalui mekanisme konvensional. Untuk mewujudkan transfer tersebut, peneliti harus menjadi personil penghubung atau sang pembawa informasi (Aldrich and Herker, 1977).

Pada jurnal yang berjudul "Technology Transfer Barriers and Challenges Faced by R&D Organisations", ada tiga tipe hambatan, yaitu:

  1. Strategis, yang seharusnya menjalankan proses konstan untuk merestrukturisasi bagian penelitian. 
  2. Taktis, sebagai contoh adalah kurangnya spesialisasi dalam bidang R&D di perusahaan yang seharusnya bisa menjadi kunci kesuksesan karena memerlukan pengembangan secara terus-menerus. 
  3. Gaji peneliti yang kurang sesuai standar lokal atau standar internasional merupakan salah satu hambatan dalam tipe organisasional. 

Tiga hambatan diatas beserta hambatan lain yang terkait bisa diselesaikan dengan cara berikut.

Pada hambatan strategis, arah pembangunan yang diprogram haurs dijalankan secara efektif. Selain itu, harus dipastikan bahwa prosedur yang diusulkan stabil sehingga peneliti perusahaan dan penerima dapat fokus pada hasil proyek daripada berfokus pada aspek organisasi dan formal yang terus berubah. 

Pada hambatan taktis jangka panjang, penekanannya harus berada di pembangunan yang konsisten dan anggota kelompok penelitian yang bisa mengerti akan kebutuhan entrepreneur. Mengidentifikasi kebutuhan ekonomi yang sedang terjadi sangat penting. Selain itu, melakukan kooperasi langsung dengan pentransfer dan penerima juga tidak kalah penting. 

Pada hambatan yang bersifat operasional, penyelesaian bisa dilakukan dengan mendasarkan ide pada asumsi kerja sama yang kuat dari kelompok peneliti dengan mitra potensial yang terdiri dari mengumpulkan informasi tentang kebutuhan penelitian dan inovasi yang disarankan. 

Lalu, menurut jurnal yang berjudul "Analisis Desk Research Kebijakan Technology Transfer Office Sebagai Solusi Hambatan Teknologi Transfer di Lembaga Litbang Indonesia", ada tiga masalah utama yang menghambat transfer teknologi di lembaga penelitian dan pengembangan di Indonesia, yaitu minimnya pendanaan, keterbatasan kualitas dan jumlah SDM, dan struktur lembaga yang kurang fleksibel dan menghambat transfer teknologi. Oleh karena itu, penulis jurnal menawarkan sebuah solusi, yaitu dengan menerapkan kebijakan Technology Transfer Office (TTO). Ada empat bagian utama yang menjadi dasar pemilihan kebijakan TTO, yaitu: 

  1. Aktivitas pemerintah yang terlibat.
  2. Struktur sistem penyampaian, langsung atau tidak lansung.
  3. Tingkatan sentralisasi.
  4. Tingkatan automatisasi dengan metode pendanaan, SDM, dan lembaga Badan Layanan Umum (BLU).

Pada jurnal "Barriers to technology transfer: a total interpretative structural model approach", disebutkan bahwa penghambat transfer teknologi adalah sebagai berikut: 

  1. Kurangnya dukungan dari manajemen atas. 
  2. Kurangnya kesadaran.
  3. Kekurangan sumber daya manusia.
  4. Kurang berkomunikasi.
  5. Batasan kebudayaan.
  6. Pedoman tentang mengimplementasikan teknologi baru yang kurang memadai.
  7. Biaya investasi.
  8. Campur tangan dan regulasi yang terlalu banyak dari pemerintah.
  9. Informasi dan sistem teknologi yang kurang memadai.
  10. Peramalan dan perenceanaan yang terbatas.
  11. Kekurangan infrastruktur.
  12. Menolak perubahan.
  13. Kurangnya penelitian dan pengembangan serta kemampuan individual.
  14. Permintaan yang kurang jelas.
  15. Rasa kurang percaya antar mitra.
  16. Risiko organisasional.
  17. Risiko yang berhubungan dengan negara.

Ada tiga kategori lain yang mengelompokkan hambatan transfer teknologi menurut Greiner and Franza (2003) yang ditulis di jurnal yang berjudul "Preventing Problems in Technology Transfer: A Case Study", yaitu: 

  1. Hambatan teknologi terkait dengan faktor yang menghambat dan menghalangi dengan fungsional, operasi, dan perawatan teknologi seperti misalnya risiko teknis, rincian yang tidak jelas mengenai persyaratan dan karakteristik teknologi yang akan di transfer, dan kegagalan karena alasan teknis yang melibatkan pemasok, mesin, peralatan, dan instruksi perawatan.
  2. Hambatan peraturan terkait dengan prosedur pemerintah dan hukum yang berlaku ketika spesifikasi ditetapkan oleh negara tujuan ke mana teknologi akan ditujukan. Hal ini mencakup kurangnya pengarahan teknikal untuk pengguna, kurangnya regulasi standar, hukum, lingkungan yang mengatur teknologi, dan proses panjang yang dibutuhkan untuk mencapai kepatuhan dengan standar.  
  3. Manusia/sosial memiliki dampak yang sangat besar dan paling sulit untuk ditangani dari dua hambatan sebelumnya karena jika orang-orang yang terlibat dalam aktivitas transfer teknologi, kegiatan tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Contohnya individu yang kurang siap untuk beradaptasi dengan teknologi baru, kesulitan finansial, kurangnya komunikasi antarpihak yang terlibat di proses transfer teknologi, perbedaan budaya antara pentrasfer teknologi dengan yang ditransfer, menolak untuk berubah dalam bekerja, kurangnya studi mengenai dampak lingkungan dan sosial di daerah penerima transfer teknologi. 

Sekian yang bisa penulis sampaikan pada artikel ini. Penulis juga meminta maaf atas kekurangan yang penulis buat. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.

Florence Liany Kurniawan 

115190254

Referensi:

Transfer Teknologi

Technology Transfer Barriers and Challenges Faced by R&D Organisations 

Technology Transfer

Technology Transfer: Apa itu Alih Teknologi? Tujuan dan Fungsi, Jenis, Macam Metode, Contoh serta Kenapa itu Penting!

Analisis Desk Research Kebijakan Technology Transfer Office Sebagai Solusi Hambatan Teknologi Transfer di Lembaga Litbang Indonesia

TOP BARRIERS TO ADOPTING TO TECHNOLOGY IN MARKET RESEARCH

Technology Transfer in Consortia and Strategic Alliances

Barriers to technology transfer: a total interpretative structural model approach 

Ranking of technology transfer barriers in developing countries; case study of Iran's biotechnology industry 

Preventing Problems in Technology Transfer: A Case Study 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun