Di Indonesia pada saat ini sedang terjadi kasus pandemik korona yang disebabkan covid-19. Sejak Bulan Maret, pemerintah sudah menghimbau untuk melakukan karantina dan social distancing. Bahkan pada Bulan Mei, pemerintah menghimbau agar masyarakat tidak melakukan mudik selama ramadhan yang bertujuan untuk menurunkan penyebaran virus covid-19 dan mengurangi jumlah pasien positif.Â
Pada tahun 2020, selain kasus korona juga terdapat kasus penyakit lain yaitu demem berdarah dengue (DBD) yang memiliki siklus lima tahunan. Lonjakan kasus DBD terjadi di beberapa daerah sejak bulan Januari sebelum kasus korona masuk ke Indonesia. Sejak kasus korona masuk ke Indonesia, kasus DBD juga semakin meningkat. Hal ini didukung dengan kondisi iklim yang memasuki masa pancaroba.
      Kasus DBD di Jawa Tengah pada tahun 2017 memiliki angka kesakitan (IR) sebesar 21,68 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2018 angka IR sebesar 10,2 per 100.000 penduduk. Angka kematian (CFR) pada tahun 2017 sebesar 1,24% dan pada tahun 2018 sebesar 1,05% yang menunjukkan adanya penurunan angka kesakitan dan angka kematian tetapi angka kematian masih melebihi target nasional sebesar <1%.Â
Pada pertengahan Maret tahun 2019, terjadi peningkatan jumlah kasus DBD yang mencapai 3.146 dengan jumlah kematian sebanyak 50 orang. Pada akhir Maret 2020, di tengah pandemic covid-19 terdapat kasus DBD sebanyak 2.115 kasus dengan kematian sebanyak 40 orang.Â
Persebaran kasus DBD terdapat pada 35 kabupaten/ kota dengan kasus kematian yang terjadi pada Kabupaten Cilacap, Kabupaten Semarang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara. Kasus DBD paling tinggi terdapat di Kabupaten Cilacap sebesar 216 kasus dengan kasus kematian sebanyak 3 orang (jateng.prov.go.id).
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang disebabkan vektor nyamuk dengan jenis Aedes aegypti yang membawa virus dengue dan menularkan ke manusia melalui gigitan. Penyebaran virus dengue juga disebabkan karena aktivitas transeksual dari nyamuk jantan dan betina. Jika salah satu nyamuk seperti nyamuk jantan membawa virus maka ketika melakukan perkawinan, virus tersebut akan menular ke nyamuk betina. Nyamuk betina juga dapat menularkan virus dengue melalui transovarioal yaitu dari induk nyamuk ke keturunannya. Pada manusia, selain dari gigitan nyamuk penularan virus dengue dapat melalui transfusi darah dari penderita DBD (WHO, 2009).
Gejala klinis yang muncul dari DBD berupa demam tinggi secara terus-menerus selama 2-7 hari, adanya pendarahan diatesis yang menyebabkan jumlah trombosit menurun sebesar 100 109/L, dan adanya kebocoran pada plasma darah karena meningkatnya permeabilitas pada pembuluh darah. Gejala klinis yang muncul akibat virus dengue dikelompokkan menjadi 3 fase yaitu fase demam, fase beracun, dan fase pemulihan.Â
Fase demam ditandai dengan demam tinggi secara terus-menerus. Fase beracun ditandai dengan adanya pendarahan dan kebocoran plasma darah. Fase beracun merupakan fase kritis dari penderita DBD karena pendarahan yang tidak diatasi secara cepat akan menyebabkan jumlah trombosit di dalam tubuh menurun. Fase pemulihan ditandai dengan suhu tubuh yang normal dan jumlah trombosit yang tidak menurun.
Di tengah pendemik korona menyebabkan semua pusat perhatian pemerintah, media, tenaga medis dan masyarakat mengarah pada korona. Berdasarkan data, diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus DBD. Hal ini menyadarkan kita bahwa selain korona banyak penaykit lain yang juga perlu diperhatikan karena menjadi penyebab kematian yang tinggi.Â
Peningkatan kasus DBD juga memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus DBD, apakah sudah efektif, apakah pemerintah hanya berfokus pada kasus korona. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut perlu diketahui berbagai kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah.
Berbagai kebijakan dan himbauan mengenai DBD sudah dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah. Himbauan untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah dan lingkungan sekitar rumah, tidak menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi sarang nyamuk, menggunakan larvasida terutama pada tempat penampungan air, menerapkan 3M plus (menimbun, menguras, mengubur, dan menggunakan obat anti nyamuk).Â