Di beberapa distrik, beberapa permintaan untuk Pendidikan, telah meyakinkan atau memaksa otoritas Taliban untuk mengambil pendekatan yang lebih fleksibel dan perempuan juga diharuskan berpergian harus selalu ditemani oleh seorang laki-laki.Â
Sistem baru yang diterapkan oleh Taliban sangatlah memarginalisasikan Perempuan. Tidak hanya Kenyataan yang ada tidak memberikan suatu hal yang memberikan kenyamanan dan keamanan terhadap perempuan Afghanistan.
Beberapa pernyataan yang telah dikeluarkan ke public, dapat dilihat bahwa Taliban mencoba untuk menegakan beberapa prinsip mereka, yaitu mengurangi peran aktif perempuan dalam melakan kontribusinya di berbagai bidang penting.Â
Melalui penguatannya sistem masyarakat yang berbasis gender, memberikan gambaran bahwa Wanita merupakan sumber yang penting untuk mengandung dan mereproduksi batasana negara dan oleh karena itu badan mereka menjadi medium terjadinya nation-building process. Selanjutnya, hal ini menggambarkan bahwa Taliban memiliki hak yang mutlak, untuk menentukan siapa yang boleh ikut berpolitik dan siapa yang tidak.Â
Bagi perempuan yang tinggal di Afghanistan, mereka harus mematuhi berbagai aturan yang diresmikan oleh Taliban, jika memang ingin hidup. Hal ini membangun gambaran perempuan, sebagai gender yang membutuhkan perawatan, rasa hormat dan perlindungan dan sekaligus mendefinisikan bahwa maskulinitas sebagai pelindung perempuan.Â
Figurisasi ini kemudian membantu menempa negara, dan pada perluasan kekuasaan Taliban, sebagai pemimpin yang memiliki otoritas mutlak atas para perempuan di negara mereka.
Berdasarkan konsep-konsep ini, bisa di argumentasikan bahwa pernyataan dan perilaku mereka pada titik ini, ialah bertujuan untuk membentuk, menanamkan, dan merepresentasikan identitas perempuan Afghanistan di dalam kontestasi politik sebagai sebuah cara untuk memberikan perbedaan dan mempromosikan Batasan-batasan prinsip yang diemban Taliban, dengan prinsip negara-negara barat.Â
Bukan hanya akar dari nationalnya saja yang akan diubah akan tetapi juga tubuh perempuan akan diatur dan digunakan sebagai simbol nasional untuk merumuskan identitas nasional baru untuk "Islamic Emirates Afghanistan." Akhirnya, dalam proses ini, Islam juga akan digunakan sebagai senjata biopolitik untuk mendapatkan legitimasi dan kesetiaan subjek politiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H