Jessica merupakan sosok perempuan yang memiliki peran ganda. Ia jadi seorang ibu rumah tangga yang hebat. Bersama suaminya ia menjalani banyak pekerjaan rumah yang sering kali menguras tenaga. Belum lagi ketika ia mengasuh 3 orang anak yang saat ini tumbuh dengan cepat.
Di luar dari pekerjaan rumahnya sebagai ibu rumah tangga, tenyata Jesicca juga seorang pekerja kantoran. Ia bekerja di sebuah perusahaan swasta untuk posisi financial analyst.
Dari zaman sekolah dulu, Jessica emang terkenal sama kepiawaiannya di bidang finance. Kepiawaiannya di bidang tersebut emang enggak perlu diragukan lagi. Saking pintarnya mengolah keuangan, Jessica juga punya peran di bisnis kecil-kecilan yang dia kembangkan.
Hobinya dalam membuat roti memberinya ide untuk membuka sebuah bisnis. Sebuah bisnis yang bisa memberinya tambahan pendapatan. Latar belakang susahnya mencari tambahan cuan saat ini hingga kebutuhan menghidupi ketiga anaknya dan tagihan lain juga menjadi alasan-alasan tersendiri yang pada akhirnya membawa Jessica untuk serius menekuni bisnis rotinya.
Usaha rotinya dimulai dari penjualan di ruang lingkup yang kecil, misalnya seperti teman kantor, tetangga komplek, warung dekat rumah, pesanan ibu-ibu arisan, atau kelompok ibu dari teman anak-anaknya.
Pujian seperti "rotinya enak banget bu", atau "kok bisa wanginya sedap banget ya bu?", hingga "ini resepnya pake susu atau pengembang aja Jess?" udah sering Jessica terima. Kualitas premium emang jadi kebanggan roti hasil tangan dingin Jessica. Enggak heran jika di waktu libur kerjanya, Jessica bisa memproduksi sampai 500 roti.
Namun belakangan ini, sudah sejak 3 bulan yang lalu Jessica melebarkan sayap bisnisnya. Keberadaan sosial media ternyata memberikan dampak yang luar biasa buat Jessica. Ia memasarkan rotinya di sosial media Instagram.
Di antara banyaknya sosial media yang ada, ia lebih memilih Instagram karena terlihat lebih friendly untuk berjualan. Sampai saat ini, setidaknya sudah ada 300 orang yang menjadi followers akun bisnis roti Jessica. Dan siapa sangka ternyata berkat Instagram, ada banyak pesanan yang berasal dari luar pulau Jawa.
Namun karena perkembangan bisnisnya yang sangat oke ini, masalah mulai muncul. Bisnis yang bertumbuh artinya juga harus siap dengan banyaknya tingkah konsumen yang banyak ragamnya.
Harus siap juga dengan banyaknya hal-hal tidak terduga misalnya seperti roti yang rusak. Betul sekali, Jessica jadi cukup sering menerima banyak protes karena roti yang diterima konsumen jadi rusak.
Pengiriman yang dilakukan melalui ekspedisi satu hari sampai nyatanya tidak menjanjikan roti yang ia kirim tetap aman dan layak konsumsi. Beberapa di antara konsumen mengaku mendapat roti dengan kemasan yang tidak tertutup rapat atau bentuk roti yang sudah tidak enak dilihat karena mungkin tertekan selama masa pengiriman. Kemasan rupanya menjadi salah satu hal yang ia identifikasi sebagai kendala dalam bisnis roti yang ia jalankan.
Menemukan sebuah kemasan yang bisa mengamankan kualitas roti adalah tujuan utama Jessica saat ini. Ia mulai menjelajah seisi Google untuk mengetahui tempat percetakan kemasan yang cocok untuk bisnis kecil menengah yang ia tekuni. Dan hasilnya adalah, nihil alias tidak ada.
Berbagai kata kunci telah ia masukkan untuk bisa menemukan tempat percetakan yang mampu melakukan percetakan untuk kemasan roti miliknya. Tapi ada satu hal yang ia sadari, ada sebuah mesin bernama rotogravure yang biasa melakukan pencetakan kemasan namun nahasnya tidak bisa mencetak dalam kuantitas yang sedikit.Â
Sederhananya, mesin rotogravure yang selama ini digunakan oleh kebanyakan orang untuk mencetak kemasan tidak begitu ramah untuk pencetakan dengan kuantitas sedikit.
Tapi Jessica enggak pantang menyerah. Semangatnya terus membara untuk bisa mengetahui solusi yang tepat bagi kemasan rotinya. Banyak vendor percetakan kemasan ia hubungi, berharap ada yang mau melayani pencetakan kemasan dengan desain dan kuantitas yang ia inginkan. Tapi, hasilnya juga mengecewakan.
Kebanyakan vendor cetak kemasan yang ia hubungi hanya melakukan pencetakan dengan minimum order 100.000 pcs padahal ia hanya berencana untuk membuat 1.000 pcs aja.
Apa yang dihadapi oleh Jessica bisa jadi dihadapi oleh banyak pengusaha kecil menengah lainnya. Masalah cetak kemasan dengan minimum yang sangat banyak merupakan hal yang sering kali menghambat kinerja bisnis. Padahal kemasan memiliki banyak fungsi, manfaat, dan keunggulan yang ada untuk meningkatkan penjualan.
Kamu juga mungkin mengalami masalah yang sama dengan yang dialami Jessica, lalu bagaimana kamu keluar dari permasalahan menyebalkan tersebut? Tapi bisa jadi kamu justru mengalami hal yang lebih buruk seperti masalah dalam kuantitas, harga, kualitas, proses pembuatan, dan lainnya yang menguras emosi dan tenaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H