Dalam senja sepi, terdengar bisikan,Â
HIV/AIDS, mengintai tak terlihat.Â
Seperti bayangan yang merayap,Â
Merambah tanpa suara, tanpa sapa.
Virus kecil, namun maha kuasa,Â
Menyelinap dalam darah yang terasa.Â
Membawa derita, menyusup diam,Â
Mengubah hidup, tanpa ampun dan tawa.
Pandangan mata, tak menilai warna,Â
HIV/AIDS, tak pandang bulu rupa.Â
Sebar bibit malapetaka tersembunyi,Â
Di balik senyum, misteri yang kelam.
Berjalanlah dengan hati berwaspada,Â
Jangan terbuai dalam kebohongan cinta.Â
Jalin kasih dengan sejuta kehati-hatian,Â
Agar tak jadi korban, penyesalan yang abadi.
Ketika malam tiba, bintang pun berkisah,Â
Tentang perjuangan hidup dan harapan.Â
HIV/AIDS, bukanlah akhir segalanya,Â
Pesan cinta dan kesadaran, kita junjung tinggi.
Bukan stigma yang memenjarakan jiwa,Â
Tapi pemahaman yang menuntun cahaya.Â
Hadirkan kebaikan, dukung tanpa henti,Â
Peringatan HIV/AIDS, tautkan kasih sejati.
Dalam pelukan kesadaran, kita bersatu,Â
Melawan virus yang merayap tak kasat mata.Â
Puisi ini pun, sebagai suara peringatan,Â
Agar tak sirna cinta, di bayang-bayang malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H