Mohon tunggu...
Flavilius Aldo
Flavilius Aldo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Politik,Lingkungan,Sosial,Budaya,Ekonomi, Pendidikan,

Politik,Lingkungan,Sosial,Budaya,Ekonomi, Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Proyek Kawasan Industri Pupuk Papua Barat

3 Desember 2023   09:51 Diperbarui: 3 Desember 2023   09:55 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah sedang membangun sebuah kawasan industri pupuk di provinsi Fakfak, Papua Barat. Kawasan industri ini bukan hanya sekedar pabrik, tetapi akan menentukan bagaimana ketahanan pangan dan keberlanjutan pertanian di Indonesia. Kehadirannya juga akan membuka peluang untuk pemerataan pembangunan di Indonesia bagian timur. 

Pada tanggal 23 November 2023, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama pembangunan kawasan industri pupuk di Kabupaten Arguni, Provinsi Fakfak, Papua Barat. Pembangunannya diperkirakan akan selesai pada tahun 2028.

 Proyek strategis nasional, di mana Pupuk Kalimantan Timur (PKT) akan berinvestasi, diharapkan dapat menghasilkan 1,15 juta ton pupuk urea dan 825.000 ton amoniak setiap tahunnya. Meskipun baru akan beroperasi selama lima tahun, proyek ini merupakan angin segar dalam dua hal. 

Pertama, menumbuhkan harapan bagi keberlanjutan pertanian dan upaya mencapai ketahanan pangan nasional. Kedua, kehadiran industri pengolahan membawa peluang bagi pembangunan di wilayah timur Indonesia. Keberlanjutan pertanian tidak bisa dilepaskan dari hubungan erat antara pupuk dan pertanian.

 Hal ini tergambar, misalnya, dari penelitian Litbang Kompas yang melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi beras di Indonesia. Analisis Litbang Kompas dengan menggunakan regresi data panel menemukan bahwa, selain faktor iklim dan luas lahan, pupuk juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan produksi. Menurut pemodelan yang digunakan, untuk setiap tambahan 1.000 ton pupuk, produksi padi (GKG) meningkat sebesar 239 ton.

 

Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafi Hidayat dan Sri Ulfa Sentosa (2021). Studi mereka tentang faktor-faktor yang memengaruhi hasil pertanian tanaman pangan di Indonesia menemukan bahwa penggunaan pupuk berdampak positif dan signifikan terhadap hasil pertanian tanaman pangan di Indonesia. Kedua studi tersebut membenarkan pentingnya pupuk dalam pertanian. Ketersediaannya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pertanian nasional.

 Pertanian dan ketahanan pangan 

Keberadaan pabrik pupuk berskala besar menjadi semacam mercusuar harapan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Pasalnya, selama ini produksi pupuk dalam negeri belum mampu memenuhi total kebutuhan pupuk nasional. Mengutip sambutan Presiden Jokowi pada peresmian pabrik PT Pupuk Iskandar Muda yang disiarkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Februari 2023 lalu, sejauh ini kebutuhan pupuk dalam negeri mencapai 13,5 juta ton per tahun. Namun, hanya sekitar 3,5 juta ton yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. 

Tingginya permintaan pupuk juga tercermin dari data yang dipublikasikan oleh Our World in Data (OWID): data tahunan yang dihimpun oleh OWID menunjukkan bahwa penggunaan pupuk per hektar lahan pertanian di Indonesia telah meningkat setidaknya selama 60 tahun terakhir. Pada tahun 1960, penggunaan pupuk per hektar lahan pertanian di Indonesia adalah 5,2 kilogram.

Saat ini, sekitar 127,3 kilogram pupuk digunakan per hektar lahan pertanian di Indonesia. Pupuk dalam hal ini adalah kombinasi dari semua jenis pupuk, termasuk nitrogen, kalium dan fosfat. Saat ini, pasokan pupuk relatif sulit akibat ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Hal ini dikarenakan Rusia adalah salah satu produsen pupuk terkemuka di dunia.

 Perang telah mengganggu produksi pupuk di Rusia. Akibatnya, distribusi ke seluruh dunia juga terganggu. Tak terkecuali Indonesia, salah satu pengimpor terbesar bahan baku pupuk. Kehadiran pabrik pupuk baru diharapkan dapat mengurangi kelangkaan pupuk yang berkepanjangan. 

Penelusuran arsip berita Kompas menunjukkan bahwa masalah kekurangan dan kelangkaan pupuk sebenarnya bukan hal baru. Masalah ini telah didokumentasikan dalam berita-berita Kompas setidaknya sejak tahun 1965 dan mengancam penurunan produksi berbagai komoditas, termasuk beras. Masalahnya beragam, mulai dari kelangkaan, pupuk impor, hingga masalah distribusi hingga ke daerah pedesaan.

Tidak hanya itu, pemenuhan kebutuhan pupuk juga berpotensi untuk menekan kenaikan harga pupuk. Meminjam teori ekonomi terkait hukum permintaan dan penawaran, harga relatif akan terjaga jika penawaran dan permintaan seimbang. 

sumber: Kompas.id
sumber: Kompas.id

Mengendalikan harga pupuk secara tidak langsung mengurangi beban petani. Saat ini, subsidi pupuk untuk petani semakin terbatas dalam hal kuota, tanaman yang memenuhi syarat, dan anggaran. Karena kebutuhan pupuk tetap sama atau bahkan meningkat, petani harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli pupuk non subsidi. Jika harga pupuk stabil, petani akan dapat melanjutkan operasi pertanian mereka. Keberlanjutan pertanian juga relatif lebih mudah dicapai. 

Hal ini akan meningkatkan peluang untuk mewujudkan cita-cita ketahanan pangan. Mengacu pada UU No 18/2012 tentang Pangan, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan dari negara hingga perseorangan. 

Upaya ini biasanya tidak dapat dipisahkan dari gagasan swasembada pangan, yaitu kemampuan suatu bangsa atau kelompok etnis untuk memproduksi beragam jenis pangan dari dalam negeri. Di sinilah keberlanjutan pertanian menjadi sangat penting. Industri pupuk memainkan peran yang semakin penting sebagai salah satu infrastruktur utama pertanian. 

Tentu saja, ini bukan hanya masalah kuantitas tetapi juga kualitas. Mengingat saat ini pertanian dihadapkan pada iklim ekstrem, fenomena kekeringan, dan lahan yang semakin sempit, maka pupuk yang berkualitas menjadi sangat penting untuk menjaga kuantitas dan kualitas produksi pangan.

Dalam konteks fenomena degradasi lingkungan, pabrik pupuk ramah lingkungan yang disediakan oleh anak perusahaan Pupuk Indonesia ini juga patut diapresiasi. Pabrik di Kawasan Industri Pupuk ini akan dibangun dengan pendekatan ESG (Economic, Social and Government). Konsep ini mencakup penggunaan teknologi baru yang rendah karbon dan ramah lingkungan. Dengan demikian, degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pabrik yang selama ini identik dengan pencemaran lingkungan dapat diminimalisir.  

Pemerataan kesejahteraan masyarakat Papua Selain untuk mencapai keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan, pembangunan kawasan industri di provinsi Fak-Fak menawarkan harapan tersendiri bagi Indonesia timur, khususnya dalam hal pemerataan pembangunan. 

Selama ini, wilayah timur Indonesia identik dengan keterbelakangan, baik dari segi fasilitas fisik maupun kondisi sosial ekonomi. Kondisi jalan yang kurang memadai, perumahan dan sanitasi yang kurang layak, pendidikan yang minim dan tingkat kemiskinan yang tinggi. Kondisi-kondisi tersebut sangat mudah ditemukan di Provinsi Papua Barat. 

Sebagai contoh, fasilitas fisik jalan. Data kondisi jalan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2021 menunjukkan bahwa hanya separuh (55%) dari seluruh jalan di Papua Barat dalam kondisi baik. Sisanya dalam kondisi rusak ringan hingga rusak berat. Kinerja ini jauh di bawah kinerja nasional, di mana hanya 25% jalan yang masuk kategori rusak. 

Secara sosial-ekonomi, keterbelakangan tidak dapat dihindari. Wilayah timur Indonesia, termasuk Papua Barat, masih mengalami kemiskinan. Angka kemiskinan di Papua Barat mencapai 20,49%. Ini berarti satu dari lima orang miskin. Angka ini jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai 9,36%. 

Demikian pula dengan tingkat pengangguran terbuka (5,53%) yang masih di atas rata-rata nasional (5,45%). Oleh karena itu, pengembangan kawasan industri pupuk besar diharapkan dapat meningkatkan situasi sosial ekonomi di Indonesia bagian timur. Hal ini dikarenakan proyek ini diperkirakan akan membutuhkan 10.000 tenaga kerja selama masa konstruksi. 

Sementara itu, proses produksi diperkirakan dapat menyerap 400 tenaga kerja. Bukan tidak mungkin jumlahnya bisa lebih banyak dari perkiraan tersebut. Seperti konsep industri pada umumnya, pendirian sebuah kawasan pabrik akan diikuti oleh berbagai kegiatan, mulai dari penyedia makanan dan minuman hingga perumahan.

 Efek domino ini berpotensi menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dalam jangka panjang, pembangunan di bidang lain, baik fisik maupun non-fisik, akan mengikuti. Lebih jauh lagi, hal ini juga dapat mempercepat pembangunan wilayah secara keseluruhan. 

Diperkirakan, beroperasinya kawasan industri pupuk ini akan memberikan kontribusi sebesar Rp 15 miliar per tahun bagi pendapatan daerah. Kontribusi ini antara lain disebabkan oleh penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 

Dari sisi kontribusi, kehadiran kawasan industri pupuk ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian daerah. Di luar faktor ekonomi, kehadiran pabrik pupuk ini juga menumbuhkan harapan akan tercapainya hal yang lebih mendasar dan mulia, yaitu ketahanan pangan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun