Mohon tunggu...
FKIP PCU
FKIP PCU Mohon Tunggu... Guru - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Petra Christian University

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UK Petra menempa calon-calon guru Kristen sebagai ujung tombak dunia pendidikan, memperlengkapi setiap individu dengan kemampuan pedagogik untuk membimbing dan mengajar generasi era digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Mengenali Kepribadian Anak Dalam Mendampingi dan Mendidik Anak Usia Dini

19 Januari 2025   16:09 Diperbarui: 19 Januari 2025   16:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Model Enneagram mengkategorikan individu dalam sembilan tipe kepribadian, meliputi Reformer, Helper, Achiever, Individualist, Investigator, Loyalist, Enthusiast, Challenger, dan Peacemaker. Raymond Cattell mengembangkan model ’16 faktor kepribadian’.  Sedangkan David Keirsey, terinspirasi oleh MBTI dan dengan  mengacu pada teori Hipocrates dan Plato, mencetuskan 4 tipe  kepribadian yang dimuat dalam bukunya Please Understand Me (1978), meliputi Artisan, Guardian, Idealis, dan Rasional.

Ditahun 1981, psikolog asal Amerika Serikat, Lewis R. Goldberg, memperkenalkan teori Big Five Personality dengan lima dimensi kepribadian manusia, meliputi openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism (OCEAN).

Dan ditahun 1983, Florence Littauer menulis buku ‘Personality Plus’,  yang  menggunakan istilah-istilah Hypocrates-Galenus dalam penjelasannya mengenai tipe-tipe kepribadian. Buku ini menjadi sangat terkenal dan istilah Sanguinis, Koleris, Melankolis, Flegmatis menjadi akrab serta sangat sering digunakan untuk memahami  tipe kepribadian.

Dalam kegiatan parenting ini, pembicara mengunakan pemahaman kepribadian menurut Florence Littauer, dan mengembangkan assessmen untuk mengenali kepribadian anak berdasarkan karakteristik yang dicantumkan dalam buku ‘Personality Plus’. Pertimbangannya, penjelasan mengenai empat tipe kepribadian menurut Littauer ini lebih mudah dipahami dan lebih sederhana. Meskipun demikian, kepada peserta tetap disampaikan mengenai keterbatasan teori ini dan adanya teori-teori lain.

Setelah orang tua mengisi assessmen dan mendapatkan hasil  mengenai tipe kepribadian anaknya, diberikan penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing tipe, kekuatan dan masalah yang seringkali dihadapi dalam menghadapi anak tipe tersebut,  pola relasi, dan kebutuhan dalam mendidik masing-masing tipe.

Tidak ada manusia yang memiliki hanya satu tipe kepribadian, Setiap orang selalu memiliki gabungan dari beberapa tipe, akan tetapi tetap dapat dikenali berdasarkan tipe-tipe yang dominan muncul dalam perilaku, pola respon, dan gaya komunikasinya.

Tipe Sanguinis memiliki sifat ceria, ekspresif, dan menyenangkan. Sanguinis banyak bicara, periang, ramah dan mudah berteman, suka menolong, serta mudah iba. Sanguinis memiliki kebutuhan besar akan penerimaan dari lingkungannya. Hal ini seringkali membuat Sanguinis kurang konsisten, people pleasure, tidak tegas dan kurang berani menolak. Sanguinis mudah menyesuaikan diri dan cenderung antusias menghadapi perubahan, tetapi  juga mudah bosan, kurang disiplin, kurang rapi dan pelupa, serta seringkali mengalami kesulitan karena bersikap spontan dan kurang berpikir panjang. Anak-anak Sanguinis biasanya adalah anak manis yang tidak banyak menyulitkan, tetapi sangat rentan dikritisi dan perasaan ditolak. Dalam mendidik Sanguinis, orang tua harus memperhatikan kerentanan tersebut. Sanguinis termotivasi oleh pujian, dikuatkan oleh penerimaan dan kehangatan. Seringkali Sanguinis tidak perlu ditegur dengan keras, cukup diajak bicara mengenai kesalahannya, menyampaikan perasaan orang tua, diminta melakukan refleksi, dan diberikan apresiasi untuk perubahan positif yang dia tunjukkan. Teguran keras, kritik dan omelan, atau kurangnya perhatian dari orang tua, seringkali dimaknai oleh Sanguinis sebagai penolakan, dan berdampak serius dalam perkembangan kepribadian anak Sanguinis. Sanguinis perlu diajar untuk lebih bertanggung jawab, lebih tekun dan disiplin, serta lebih berani menolak dan berkata tidak pada hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.

Tipe Koleris adalah pribadi yang aktif, kuat, dan berbakat memimpin. Koleris berkemauan kuat, ulet, dan akan berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Keuletan ini dilengkapi juga dengan sikap optimis, yakin, percaya diri, dan  fokus pada tujuan. Koleris juga mandiri, berani, suka mencoba hal-hal yang menantang, dan didukung pula oleh ketabahan dan ketangguhannya dalam menghadapi kesulitan ataupun resiko dari apa yang dia lakukan. Karakteristik ini membuat, seringkali Koleris mampu mencapai keberjasilan yang signifikan, bahkan dalam hal-hal dimana orang lain gagal. Ini karena Koleris masih terus berusaha ketika orang lain sudah berhenti mencoba. Berbeda dengan Sanguinis yang sangat mementingkan relasi, Koleris seringkali bersikap kurang ramah, mendominasi dan memimpin dalam pergaulan, berkesan tidak membutuhkan orang lain, kurang ekspresif, tidak jarang juga manipulatif dan bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Mendidik anak Koleris cukup menantang, karena pribadi yang kuat ini tidak mudah patuh dan tunduk pada otoritas. Anak Koleris lebih banyak mendebat dan membantah, kurang sabar dan mudah marah, seringkali berkonflik dengan lingkungannya,  dan berekspresi dengan keras, kadang bahkan cenderung kasar. Tetapi disisi lain,  anak Koleris tidak cengeng, kuat dan tangguh dalam menghadapi kesulitan, dan jarang menangis. Koleris tidak mudah mengakui kesalahan dan minta maaf, tetapi ketika menyadari kesalahannya, mereka akan dengan sportif menerima konsekuensinya. Dalam naluri kepemimpinannya yang kuat, anak koleris menjadi pribadi yang mampu mengelola banyak hal, konsisten, bertanggung jawab, dan dapat diandalkan dalam mengerjakan tugas yang dia terima. Sebaliknya, bila dia tidak menyukai sesuatu, akan cukup sulit membuatnya mau melakukan tugas tersebut. Koleris termotivasi oleh kompetisi dan kesempatan untuk memimpin, serta memiliki kebutuhan kuat akan penghargaan. Beberapa hal penting yang perlu orang tua perhatikan dalam mendidik anak Koleris antara lain: mengajar anak tentang pentingnya kesabaran dan pengendalian diri, melatih kemampuan sosialisasi, kepedulian, dan kemauan untuk berbagi, mengasah kepemimpinan dan kemampuan anak mengelola tanggung jawab yang dia pegang, dan membiasakan afeksi sejak kecil. Ketika  memberikan  aturan atau instruksi kepada Koleris, sampaikan  dengan jelas, spesifik, logis, dan konsisten. Hindari kesan menasehati, atau menyuruh, tetapi tetap tegas dan memperlihatkan otoritas yang seharusnya. Koleris yang suka memimpin dan rasional  ini akan lebih mudah mengikuti aturan bila dia dilibatkan dalam membuat peraturan tersebut, atau bila dia merasa aturan tersebut logis dan masuk akal. Orang tua perlu menyampaikan aturan dan sangsi dengan jelas dan tegas. Ketika mendisiplin anak Koleris, berikan penjelasan yang logis mengenai kesalahannya, tegur dengan  tegas, ajar anak untuk minta maaf, dan jelaskan mengapa dia perlu didisiplin.  Bila memungkinkan, berikan pilihan sangsi dan biarkan anak memilih apa yang akan dia jalani sebagai konsekuensi dari kesalahannya. Ketika anak menjalankan konsekuensi,  berikan apresiasi untuk sikap sportifnya menerima kesalahan dan bertanggung jawab.  

Tipe Melankolis memberi kesan lebih pendiam dan introvert/tertutup. Melankolis yang tidak banyak bicara dan tidak banyak tingkah ini justru memiliki kekuatan dalam kemampuannya untuk fokus dan serius dalam bekerja. Melankolis biasanya memiliki  bakat yang sangat kuat dibidang seni, dan membuatnya dapat melihat sisi artistik  dari banyak hal, serta mampu menuangkan pikiran dan perasaannya dalam bentuk karya seni yang indah. Tipe Melankolis juga cenderung idealis dan perfeksionis. Mereka tekun dan bersungguh-sungguh, melakukan banyak hal  dengan terjadwal dan teratur,  teliti, cermat, dan rapi. Kekuatan ini membuat Melankolis seharusnya mampu mencapai prestasi atau  menghasilkan karya yang sangat baik. Melankols juga memiliki perasaan yang peka sehingga mudah tersentuh, mudah iba, tetapi juga mudah tersinggung. Disisi lain, kecenderungan perfeksionis seringkali membuat  Melankolis sulit merasa puas,  mengkritisi diri sendiri dan orang lain, dan mengembangkan penilaian negatif mengenai diri sendiri maupun orang lain (negative thinking). Hal ini membuat, banyak Melankolis mengalami masalah dengan rasa percaya dirinya dan seringkali overthinking serta tampak murung.  Begitu juga dalam berelasi dengan orang lain. Melankolis cenderung pasif dan menarik diri, berkesan pemalu, tidak memulai kontak dengan orang lain, dan  tidak suka tampil atau menjadi pusat perhatian. Meskipun demikian, Melankolis sangat peduli dan mudah berempati pada orang lian.  Bila sudah menyukai seseorang atau sesuatu, Melankolis akan sangat total. loyal dan berdedikasi, bahkan rela berkorban untuk orang atau kegiatan yang disukainya. Dalam mendidik Melankolis yang berhati lembut dan peka ini, orang tua perlu berhati-hati dalam bersikap dan nada bicara. Berikan perhatian, khususnya terhadap kecenderungan Melankolis untuk overthinking dan negative thinking. Semenjak usia dini, anak Melankolis perlu diyakinkan bahwa dia adalah pribadi yang sangat berharga dimata Tuhan dan orang tua. Tunjukkan dan kembangkan potensi-potensi yang dia miliki, ajar anak untuk melihat sisi baik dari banyak hal dan selalu  bersyukur, latih anak untuk bersikap lebih posituf, lebih ceria, dan lebih berani. Latih juga keterampilan anak untuk bersosialisasi.

Anak dengan tipe Flegmatis sering disebut sebagai anak baik dan tidak menyulitkan. Tipe ini cenderung bersikap tenang, penyabar, tidak banyak bicara tetapi ramah dan baik hati, sehingga mudah disukai teman. Bagi orang tua, tampaknya mendidik Flegmatis tidak semenantang tipe-tipe lain, Flegmatis menunjukkan sikap patuh pada orang tua dan taat pada aturan, menerima keadaan dan tidak banyak menuntut, rajin, rapi, tekun dan telaten, dan suka menolong. Flegmatis yang tidak suka konflik ini juga cenderung bersikap mengalah atau menghindar bila bermasalah dengan orang lain.  Salah satu hal yang harus disadari oleh orang tua, Flegmatis sebenarnya memiliki bakat kepemimpinan yang kuat, sama seperti Koleris. Bedanya, bila Koleris memimpin dengan mendominasi, Flegmatis memimpin dengan gaya mendampingi. Kekuatan Flegmatis yang lain adalah kelenturan dan resiliensinya yang kuat. Flegmatis tidak mudah panik, berpikir logis dan tenang, sehingga bisa sangat efisien dalam menghadapi  situasi sulit atau bahkan darurat. Meskipun demikian, tidak banyak Flegmatis yang tampil sebagai pemimpin. Hal ini karena Flegmatis lebih suka pasif, hanya menjadi penonton atau follower,  dan tidak melibatkan diri.  Orang tua sangat perlu menolong anak Flegmatisnya untuk lebih berani mengambil peran dan mengembangkan kemampuan kepemimpinannya. Meskipun cenderung tidak menyulitkan, hal yang paling sering dikeluhkan orang tua tentang anak flegmatisnya adalah sikap santai dan kecenderungan untuk suka menunda. Anak Flegmatis banyak menjengkelkan orang tua karena sering terlambat, dan  mengerjakan tugas di akhir tenggat waktu. Daya tahan Flegmatis sangat kuat, tetapi daya juangnya sangat kurang. Kebalikan dari Melankolis yang perfeksionis, Flegmatis cenderung mudah puas, menerima apapun hasil yang dicapai, dan kurang motivasi untuk mencapai hasil yang terbaik. Dalam mendidik Flegmatis, hal ini perlu menjadi perhatian orang tua. Flegmatis perlu  diyakinkan bahwa dia memiliki potensi-potensi yang sangat bagus dan harus dikembangkan secara optimal. Orang tua perlu terus menguatkan motivasi dan daya juang Flegmatis,  memberikan tanggung jawab,  melatih anak mengatur waktu dan mengelola jadwal, dan melatih kepemimpinan anak. Dalam mendisiplin anak Flegmatis, jelaskan apa yang menjadi kesalahannya, berikan teguran dengan tegas dan ajak anak memikirkan dampak dari kesalahan itu terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Anak Flegmatis tidak sulit untuk minta maaf dan menunjukkan penyesalan, sehingga seringkali membuat hati orang tua luluh. Meskipun demikian, orang tua perlu tetap menerapkan sangsi dan konsekuensi dari kesalahan yang dilakukan. .

Dengan mengenal tipe kepribadian anak dan memahami bagaimana sebaiknya bersikap, orang tua akan lebih tenang, lebih yakin dan percaya diri dalam mendidik dan mendampingi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun