Mohon tunggu...
FKIP PCU
FKIP PCU Mohon Tunggu... Guru - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Petra Christian University

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UK Petra menempa calon-calon guru Kristen sebagai ujung tombak dunia pendidikan, memperlengkapi setiap individu dengan kemampuan pedagogik untuk membimbing dan mengajar generasi era digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Mengenali Kepribadian Anak Dalam Mendampingi dan Mendidik Anak Usia Dini

19 Januari 2025   16:09 Diperbarui: 19 Januari 2025   16:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pentingnya Mengenali  Kepribadian Anak

Dalam Mendampingi dan Mendidik Anak Usia Dini

Oleh: Lisa Narwastu dan Kristina Angelia

 

Kelahiran anak hampir selalu mendatangkan perasaan bahagia pada orang tua.  Terlebih dalam tiga tahun pertama usia anak. Meskipun disatu sisi cukup melelahkan, usia ini seringkali disebut sebagai ‘masa lucu lucunya anak’. Bagi orang tua, anaknya adalah yang paling Istimewa, paling pintar, paling berbakat, paling  lucu, dan paling banyak dibicarakan. Namun biasanya, keadaan mulai berubah ketika anak masuk sekolah. Adanya penilaian terhadap hasil belajar dan perkembangan anak, mulai memunculkan tuntutan dalam diri orang tua agar anaknya dapat mencapai perkembangan seoptimal mungkin. Keberadaan anak ditengah teman-temannya juga mulai menimbulkan keinginan orang tua untuk mengukur perkembangan anak bila dibandingkan dengan teman-temannya. Orang tua mulai lebih banyak mengatur dan menuntut anak agar dapat berkembang, sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua. Sementara itu, diusia 5 tahun keatas, anak sudah lebih aktif secara fisik, menikmati bermain dengan teman-temannya, dan telah mencapai perkembangan bahasa yang lebih baik. Anak menjadi lebih banyak bicara, lebih berani membantah orang tua, lebih suka bermain daripada belajar, dan sulit duduk tenang. Orang tua mulai sering kehilangan kesabaran dan merasa kesulitan dalam menghadapi anak. Hal ini dikonfirmasi oleh peserta kegiatan parenting yang diselenggarakan di KB-TK Palem Cendekia Gresik dengan tema 'Mengenali dan Mendampingi Pertumbuhan Karakter Anak Usia Dini’. Disisi lain, para orang tua siswa KB/TK adalah generasi milenial, yang banyak mendapatkan informasi dari media sosial dan internet  mengenai bagaimana seharusnya parenting yang baik (Novi, R.et.al.  2019). Namun ketika mencoba menerapkannya, seringkali orang tua menghadapi respon anak yang ternyata berbeda dari yang diharapkan. Mulai muncul banyak pertanyaan mengenai bagaimana cara yang paling tepat untuk bersikap dan menghadapi anak. Menjawab kebutuhan tersebut, Ibu Lisa Narwastu, selaku dosen program studi Early Childhood Teacher Education of Petra Christian University, mengajak orang tua anak usia dini untuk lebih mengenal kepribadian anak sehingga dapat menerapkan pengasuhan yang lebih tepat dalam mendampingi perkembangan anak. Kegiatan parenting dalam rangka pengabdian masyarakat di KB-TK Palem Cendikia Gresik ini dilengkapi dengan pemberian assessmen untuk mengenal tipe kepribadian anak, dan konsultasi dengan orang tua mengenai strategi yang tepat dalam mendampingi dan mendidik anak sesuai dengan karakteristik tersebut.

Mengenal  kepribadian anak menjadi kunci utama untuk memberikan pendampingan yang efektif dan pendidikan yang tepat (Qomaruddin, 2017).  Setiap anak memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda. Sifat, perilaku, pola respon, dan cara berkomunikasi setiap anak adalah khas, sehingga memerlukan perlakuan, pelayanan, dan cara mengasuh yang berbeda juga ( Agus Sujanto, 2009). Orang tua perlu  mengenali kepribadian anak agar dapat menerapkan cara yang paling tepat dalam mendidik dan mendampingi anak.

Ada banyak teori mengenai tipe kepribadian. Meskipun masing-masing teori mengklasfikasikan tipe kepribadian manusia secara berbeda, tetapi cukup banyak teori yang saling berkaitan dan didasari oleh teori kepribadian yang sama.

Teori paling awal dikemukakan oleh Hippocrates dan dilengkapi oleh Galenus, yang berusaha mengklasifikasikan manusia menurut tipologi kepribadian kuno, yaitu berdasarkan cairan yang dominan dalam tubuh manusia. Hippocrates dan Galenus menggolongkannya dalam 4 tipe kepribadian, Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Flegmatis.  Meskipun sekarang teori ini tidak lagi digunakan karena tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, tetapi teori awal ini sangat besar pengaruhnya dan banyak menjadi acuan dalam perkembangan teori mengenai tipe kepribadian dikemudian hari. Bahkan istilah-istilah tersebut  masih digunakan hingga sekarang.

Ditahun 1912, Carl Gustav Jung memperkenalkan teori bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh fungsi dasar kepribadian yaitu Exrovesion, Introversion, sensing, intuition, thinking, dan feeling, Berdasarkan teorinyat, Jung membagi  kepribadian manusia menjadi 8 tipe, yang merupakan perpaduan dari fungsi-fungsi dasar tersebut.

Dr. William Moulton Marston membangun teorinya mengenai tipe  individu, dengan mengacu pada teori awal Galenus, dan melengkapinya dengan kerangka berpikir Jung. Dalam bukunya yang berjudul The emotions of normal people (1928), Marston menuliskan teorinya mengenai 4 elemen kepribadian manusia, yaitu Dominance, Influence, Steadiness dan Compliance (DISC).

Berdasarkan teori kepribadian Jung, Myers-Briggs (1956) membuat  tes MBTI, dan melengkapi teori Jung dengan dua aspek tambahan, yaitu Perceiving dan Judging. Teori ini membagi kepribadian manusia dalam 16 tipe kepribadian, yang  merupakan perpaduan dari 4 aspek: introversion/extraversion, sensing/intuition, thinking/feeling, dan judging/perceiving.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun