Kami menyebutnya Mabes Padepokan, tepatnya berada di Kampung Arab, jadi oase di tengah kehidupan yang sudah saling acuh pada apa saja: kepada sesama, kepada ketulusan terus tahu-diri. Berada di kota kecil tepi laut yang sebentar lagi digantikan dengan gedung dan kepentingan bisnis. Warna kota ini lebih banyak dari kota-kota lain namun perlahan mau dibuat satu dimensi.
Sebenarnya rumah itu merupakan kediaman dari Imam Besar Padepokan Puisi Amato Assagaf. Mabes Padepokan bagi kami tempat untuk terapi hidup. Di saat kita mulai percaya dengan kebenaran yang kita jalani, mulai ikut arus kerumunan dengan alasan-alasan kolot, Mabes adalah tempat untuk kita melakukan interupsi pada apa yang kita sebut sebagai hidup apa adanya: hidup tidak apa adanya, hidup tentang apa yang seharusnya ada.
Tapi malam itu kabar duka datang lebih awal.
Â
Kematian itu berwarna biru
Lurus, ringkas, tapi bukan untukku. -- Amato
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H